Bagi pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) Tekstil di Majalaya, momen politik seperti Pemilu merupakan waktu yang dinanti-nantikan. Tradisi pesanan dari peserta pemilu telah menjadi sumber penghidupan yang krusial bagi mereka. Namun, suasana saat ini sangat berbeda. Agus Ruslan, seorang pelaku IKM Tekstil Majalaya, mengungkapkan bahwa pesanan jauh berkurang dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya ketika pemilu tengah berlangsung. "Pada zamannya, satu partai politik bisa memesan jutaan buah, mulai dari kaos, sarung, hingga bendera," tutur Agus pada Senin, 11 Desember 2023.
Tidak hanya dari partai politik, namun pelaku IKM Majalaya juga mendapat pesanan dari pelaku usaha sablon atau garmen yang menyediakan pakaian untuk partai politik.
Momentum politik sebelumnya memberikan keuntungan besar bagi pelaku IKM Tekstil Majalaya melalui pesanan yang melonjak signifikan.
Namun, saat ini, kata Agus, pesanan yang masuk sangat minim. Bahkan, terasa seperti hari-hari biasa. Jumlah pesanan sarung, jika ada, tidak signifikan seperti pada pemilu sebelumnya.
Agus menyatakan kemungkinan ada perubahan dalam pola kampanye yang membuat perubahan drastis ini. Pada momen kampanye beberapa tahun lalu, banyak partai politik atau calon legislatif, termasuk pasangan Capres dan Cawapres, membagikan kaos kepada masyarakat serta atribut partai politik lainnya seperti bendera yang banyak berkibar.
Namun, saat ini, minimnya penggunaan kaos dari partai politik, caleg, atau pasangan Capres sangat mencolok. Agus menduga bahwa media kampanye saat ini lebih banyak menggunakan produk digital, mengurangi permintaan akan produk percetakan.
"Dulu, baliho atau spanduk masih banyak yang menggunakan kain. Sekarang kebanyakan menggunakan cetakan berbahan plexiglass. Bendera partai juga sudah jarang terlihat," paparnya.
Perubahan drastis dalam pola kampanye ini telah mengguncang IKM Tekstil Majalaya yang sebelumnya meraih pesanan besar dari politisi atau perangkat partai. Walaupun ada peningkatan pesanan, jumlahnya tidak sebanding dengan beberapa tahun lalu di mana satu partai politik bisa memesan jutaan sarung dari Majalaya.
Kondisi ini memaksa pelaku IKM Tekstil Majalaya untuk beradaptasi dengan perubahan tren kampanye politik. Mereka perlu menyesuaikan strategi bisnis dan mencari peluang baru agar industri mereka tetap bertahan di tengah dinamika politik dan teknologi yang terus berkembang.