Print

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia telah menghadapi tantangan yang signifikan dalam menjaga kinerja ekspornya. Menurut Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), kinerja ekspor produk tekstil pada Oktober 2023 menurun tajam dibanding periode sebelumnya, mencapai hanya US$110,9 juta dari US$178,3 juta pada Oktober 2022. Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wirawasta, menyoroti beberapa faktor utama yang memengaruhi kinerja ekspor ini. Permintaan global terhadap produk TPT masih lemah, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang melambat. Selain itu, Indonesia memiliki tantangan tambahan terkait posisi geografisnya yang jauh dari pasar tradisional, menyebabkan biaya logistik yang tinggi.

Dalam upaya meningkatkan daya saing ekspor, Redma menekankan perlunya insentif yang signifikan dari pemerintah. Salah satu aspek krusial adalah penekanan biaya produksi. Insentif ini diharapkan dapat membantu mengurangi beban biaya produksi bagi pengusaha, sehingga mereka dapat bersaing lebih efektif di pasar global yang semakin ketat.

Namun, solusi untuk menekan biaya produksi ini tidak hanya sebatas pada insentif finansial semata. Redma juga menyoroti perlunya dukungan dalam hal biaya energi dan harga bahan baku primer hasil bumi. Meskipun demikian, pengusaha juga menegaskan bahwa kelonggaran dalam impor bahan baku dapat membebani industri.

Sejalan dengan itu, Redma menyoroti peralihan paradigma industri dari global value chain ke produksi yang cepat dan efisien. Hal ini mendorong pentingnya pendorongan penggunaan bahan baku dari dalam negeri sebanyak mungkin, sebagai langkah strategis untuk memperkuat rantai pasok domestik.

Pemerintah, di samping mendorong program hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah industri, juga harus fokus pada integrasi rantai pasok. Menurut Redma, masih ada celah yang perlu ditutup dalam hal hilirisasi, terutama dalam menyediakan kepastian terkait bahan baku lokal dan pasar domestik.

Dengan demikian, dorongan hilirisasi tidak hanya akan menggerakkan ekspor produk hilir yang bernilai tambah tinggi tetapi juga akan memperkuat daya saing industri TPT Indonesia secara keseluruhan.

Ketika mempertimbangkan berbagai saran dari APSyFI, pemerintah perlu menggali solusi yang holistik, meliputi insentif biaya, dukungan dalam penyediaan bahan baku lokal, serta upaya konkret dalam memperkuat rantai pasok domestik. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan industri TPT Indonesia dan mengatasi tantangan dalam meningkatkan daya saing ekspor di tengah dinamika pasar global yang terus berubah.