Prediksi menurunnya investasi dalam sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun mendatang telah menciptakan sorotan terhadap dinamika ekonomi global. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meramalkan potensi penurunan ini sebagai hasil langsung dari kondisi global yang sedang tidak stabil. Menurut Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, faktor-faktor seperti perlemahan ekonomi global dan suku bunga pinjaman yang tinggi di Amerika Serikat (saat ini mencapai 5,5%) menjadi penentu utama dalam menilai potensi investasi. Perkiraannya menyatakan bahwa dampak pemangkasan suku bunga The Fed AS diharapkan baru terasa pada tahun 2025, setelah dimulainya pada akhir kuartal II tahun 2024.
Situasi ini telah merenggangkan daya beli serta pemanfaatan industri TPT di berbagai negara, termasuk Indonesia yang mencatatkan tingkat pemanfaatan di bawah 50%—level terendah sejak tahun 2020. Hal ini berdampak pada rendahnya minat investasi baik dari dalam maupun luar negeri, menurut Jemmy.
Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya pesimistis. Wakil Ketua Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Sarman Simanjorang, mempercayai bahwa target investasi tahun 2024 masih bisa tercapai. Meskipun demikian, pencapaian ini harus didukung oleh partisipasi semua pihak dalam menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif.
Sarman memiliki keyakinan yang didukung oleh fakta bahwa realisasi investasi di Indonesia selalu melampaui target dalam tiga tahun terakhir meskipun di tengah pandemi Covid-19. Dalam rentang waktu tersebut, investasi tumbuh dari Rp 826,3 triliun pada tahun 2020 hingga mencapai Rp 1.207 triliun pada tahun 2022.
Pertumbuhan ini memperlihatkan tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia sebagai destinasi investasi yang menjanjikan. Namun, untuk mempertahankan tren positif ini, beberapa hal menjadi krusial.
Di tengah tahun politik pada tahun mendatang, penciptaan iklim politik yang stabil dan aman menjadi hal yang esensial. Selain itu, penyelesaian masalah teknis terkait perizinan, lahan, infrastruktur, dan kehandalan pasokan energi menjadi prioritas.
Kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri olahan dari sumber daya alam lokal yang diperjuangkan pemerintah diharapkan mampu menarik minat investor. Dalam pandangan Sarman, jika semua persyaratan ini terpenuhi, potensi investasi di tahun depan tetap bisa meningkat seperti yang terjadi dalam tiga tahun terakhir.
Tantangan global dan dinamika politik lokal menjadi ujian bagi potensi investasi Indonesia dalam sektor TPT pada tahun mendatang. Namun, dengan komitmen bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan lembaga terkait, peluang untuk mencapai target investasi tetap terbuka lebar.