Print

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menggambarkan prospek cerah bagi industri manufaktur Indonesia untuk tahun 2024. Percaya pada potensi pertumbuhan yang kuat, Apindo meramalkan kinerja yang terus meningkat dalam sektor manufaktur di tahun mendatang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal III-2023, sektor industri manufaktur atau pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 5,20% year on year (YoY). Kinerja gemilang ini berhasil melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,94% pada periode yang sama. Kondisi ini memberikan optimisme bahwa industri manufaktur menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi.

Shinta W. Kamdani, Ketua Umum Apindo, menyatakan bahwa tren positif dalam industri manufaktur Indonesia telah berlangsung beberapa tahun terakhir. Namun, dia juga mengakui bahwa kondisi geopolitik global yang tak menentu serta fluktuasi harga komoditas mempengaruhi sebagian industri, terutama yang mengandalkan ekspor.

Apindo menyoroti beberapa subsektor yang masih menghadapi tantangan, seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta produksi alas kaki yang masih terkontraksi. Namun, industri makanan dan minuman tetap menjadi kontributor yang solid, meskipun masih memiliki ruang untuk peningkatan lebih lanjut.

Lebih lanjut, subsektor manufaktur yang terkait dengan hilirisasi sumber daya alam seperti nikel, bauksit, dan sejenisnya diharapkan terus memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan industri manufaktur secara keseluruhan.

Proyeksi Apindo untuk tahun 2024 menunjukkan keyakinan bahwa industri manufaktur akan tetap menjadi salah satu penggerak utama Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan pertumbuhan proyeksi tidak kurang dari 5%. Namun, ada beberapa aspek yang menjadi perhatian utama.

Apindo menekankan bahwa keberlangsungan Pemilu tidak seharusnya menghambat kinerja industri manufaktur, asalkan prosesnya berjalan dengan aman. Fokus utama pemerintah diharapkan pada kepastian hukum, konsistensi kebijakan, pelayanan usaha yang efisien, serta upaya pencegahan korupsi.

Shinta juga menyoroti pentingnya peningkatan skill pekerja dalam mengikuti perkembangan teknologi yang terus berlangsung dengan cepat di industri ini. Perusahaan-perusahaan manufaktur juga diingatkan untuk menyesuaikan praktik bisnisnya dengan memperhatikan aspek Environmental Social Governance (ESG) guna memastikan keselarasan dengan perlindungan lingkungan hidup dan sosial.

Dengan segala upaya ini, Apindo bersama pelaku industri manufaktur lainnya berharap dapat menciptakan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif bagi industri manufaktur Indonesia di tahun-tahun mendatang.