Print

PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), emiten industri serat sintetis, bersiap menerapkan beberapa strategi untuk menghadapi tantangan di tahun mendatang. Manajemen POLY menetapkan target penjualan bersih tahun ini sebesar US$390 juta, meningkat 30,87% dari proyeksi penjualan tahun 2023 sebesar US$298 juta. POLY telah mengalokasikan anggaran belanja modal (Capex) sebesar US$4 juta pada tahun ini. Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications and PR Asia Pacific Fibers, menyoroti penurunan drastis rata-rata utilisasi industri. Tingkat pemanfaatan POLY sendiri mencapai sekitar 60%-70%.

“Pasar ekspor masih belum normal, sementara pasar dalam negeri dibanjiri impor. Meski konsumsi lokal tinggi, sayangnya semuanya tersalip produk impor,” kata Prama, Kamis (4/1).

Ia menjelaskan, kombinasi ketidakpastian pasar ekspor dan liberalisasi pasar dalam negeri semakin memperparah persaingan tidak sehat antara produsen lokal dan barang dumping impor.

Meski memiliki keterbatasan, POLY terus mendorong program-program unggulan industri, khususnya dalam mengedepankan keberlanjutan, pelestarian lingkungan, dan produk pendukung gaya hidup yang ramah lingkungan.

“Dalam konteks industri secara luas, diperlukan kebijakan industri yang pro dalam negeri agar produsen dapat meningkatkan hasil produksinya,” kata Prama.

Selain tantangan tersebut, POLY juga menghadapi tantangan restrukturisasi.

Strategi yang diadopsi oleh POLY saat ini diringkas dalam tiga kata: efisiensi, rasionalisasi, dan ketekunan.

Efisiensi diterapkan melalui langkah-langkah pemotongan biaya dan penerapan sistem stok minimal. Hal ini melibatkan minimalisasi operasi di semua unit dan meninjau kebutuhan pembiayaan di luar produksi. Penghentian pembiayaan non-produksi meliputi pemeliharaan aset dan peralatan non-operasional yang berada di lokasi unit produksi.

“Kami akan melakukan perampingan dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk merapikan aparatur non-operasional guna mendukung keberlangsungan perusahaan,” ungkap Prama.

Kedua, rasionalisasi merupakan prinsip pedoman dalam kegiatan pengelolaan saat ini. POLY akan fokus pada kegiatan produksi yang proporsional sesuai dengan permintaan pasar aktual. Hal ini termasuk meminimalkan produksi komoditas dan menekankan produksi yang bernilai tambah. Rasionalisasi juga melibatkan penyesuaian kebutuhan tenaga kerja.

Terkait kebutuhan komoditas, POLY mempertimbangkan opsi pengadaan dari pihak ketiga. Kebijakan manajemen ini dilakukan untuk mendukung upaya kreditur dalam melakukan konservasi modal kerja.

Strategi terakhir, persistence, mendesak seluruh kreditur baik dalam maupun luar negeri untuk merampungkan pembahasan solusi restrukturisasi POLY.

“Keputusan arah resolusi restrukturisasi sangat penting untuk menyeimbangkan upaya POLY dalam memperoleh modal kerja baru untuk kemajuan teknologi dan pembaharuan permesinan,” tambah Prama.

Hingga September 2023, POLY mencatatkan penjualan sebesar US$226,34 juta, turun 27,59% dari Januari-September 2022 sebesar US$314,17 juta. Penjualan POLY hingga September 2023 terutama didorong oleh pasar domestik sebesar US$192,26 juta, dengan kontribusi penjualan ekspor sebesar AS. $34,07 juta.

Penurunan penjualan pada September 2023 disebabkan oleh berkurangnya produksi dan penjualan akibat konflik Rusia-Ukraina yang berdampak pada kenaikan harga minyak mentah global.