Print

Industri tekstil Indonesia, yang merupakan salah satu sektor vital dalam perekonomian negara, menghadapi tantangan serius dengan melemahnya kinerjanya meski berada di tengah-tengah momentum politik nasional seperti Pemilihan Presiden dan Legislatif (Pilpres dan Pileg) 2024. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui bahwa faktor kampanye yang marak terjadi secara online atau di media sosial telah memberikan dampak signifikan terhadap industri tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, menyatakan bahwa biasanya di tahun politik, produksi tekstil mengalami peningkatan. Namun, situasi tahun ini menunjukkan pola yang berbeda. Permintaan akan produk tekstil, khususnya atribut partai seperti kaos dan spanduk, yang sebelumnya diharapkan meningkat tajam, ternyata tidak mencapai level yang diantisipasi.

"Kita tadinya berharap pesta demokrasi yang ada mengangkat permintaan produksi, namun itu yang kami coba periksa ternyata kemungkinan besar, peran media elektronik dalam rangka kampanye cukup berpengaruh," ujarnya.

Penurunan permintaan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap banyak industri, terutama yang skala usahanya kecil. Target peningkatan produksi dan permintaan hingga 60 persen yang sebelumnya ditetapkan oleh industri tekstil dan bahan baku dalam negeri untuk pesta demokrasi tahun ini menjadi sulit dicapai.

Kondisi ini menunjukkan kontraksi yang tidak diharapkan dalam industri tekstil, berlawanan dengan tren positif yang terlihat dalam Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Januari 2024 yang mengalami kenaikan. Selain itu, sektor industri juga menjadi tujuan investasi terbesar dengan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan kepercayaan investor pada potensi sektor ini.

Meskipun demikian, sektor industri tetap berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyerap lebih banyak tenaga kerja dan meningkatkan upah pada sektor tersebut. Upaya untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh industri tekstil memerlukan strategi yang lebih inovatif dan adaptif, terutama dalam menghadapi perubahan pola konsumsi yang dipengaruhi oleh dinamika politik dan media sosial.

Dengan adanya pengakuan resmi dari Kemenperin terkait melemahnya kinerja industri tekstil, diharapkan langkah-langkah konkret dapat diambil baik oleh pemerintah maupun pelaku industri untuk mendukung pemulihan dan pertumbuhan sektor ini, serta menjaga keberlanjutan industri tekstil Indonesia di masa depan.