Ekonomi Vietnam mengalami lonjakan pesat, membuatnya menjadi pusat manufaktur global yang mengintegrasikan berbagai sektor seperti teknologi, otomotif, elektronik, serta pakaian dan tekstil. Prediksi pertumbuhan ekonomi Vietnam yang kuat membuatnya menjadi ancaman serius bagi investasi Indonesia, khususnya dalam sektor pertekstilan. Menurut Ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, Vietnam memiliki keunggulan dalam mendorong pertumbuhan industri tekstilnya.
Vietnam memiliki keuntungan dalam mendapatkan pasar ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan tarif preferensi yang rendah. Hal ini memberikan kepercayaan kepada investor untuk berinvestasi di Vietnam, didukung oleh jaminan pasar domestik yang mencapai sekitar 100 juta penduduk.
Redma Gita Wirawasta mencatat bahwa Vietnam mampu membangun integrasi industri dengan cepat. Kepercayaan investor, upah yang rendah, dan energi yang murah menjadi faktor penentu dalam proses ini. Vietnam berhasil mencapai integrasi yang kuat, tidak bergantung pada bahan baku impor.
Sebaliknya, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar karena ketergantungan pada impor bahan baku tekstil. Redma Gita Wirawasta mengungkapkan bahwa rasio impor bahan baku produk tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap ekspor tekstil Indonesia terus meningkat dari 40,6% pada 2009 menjadi 73,1% pada 2020.
Redma Gita Wirawasta menekankan bahwa Vietnam berhasil menurunkan rasio impor terhadap ekspornya dari 61,9% menjadi 42,5%, menunjukkan penguatan integrasi hulu hilir sektor TPT. Sementara itu, Indonesia justru semakin bergantung pada bahan baku impor. Ini memberikan gambaran bahwa Indonesia perlu mengatasi ketergantungan pada impor bahan baku dan meningkatkan integrasi industri untuk tetap bersaing dalam pasar global.
Menghadapi ancaman dari Vietnam, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis. Diperlukan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dan mendorong integrasi industri di sektor TPT. Pemerintah, industri, dan asosiasi terkait perlu bekerja sama dalam mengembangkan kebijakan yang mendukung investasi, peningkatan kualitas produk, dan keberlanjutan industri tekstil nasional. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat mempertahankan posisinya dalam pasar global dan mengurangi risiko dari ketergantungan pada bahan baku impor.