Print

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mendukung pengembangan komoditas ganja yang menghasilkan serat dan benang kain sebagai alternatif bahan baku industri tekstil dan produk turunannya seperti industri garmen. Hal itu diungkapkan Menteri Teten saat berkunjung ke CV Ramindo Berkah Persada Sejahtera (Rabersa) di Dusun Gandok, Kalikajar, Wonosobo, Jawa Tengah.

“Industri TPT kita sulit bersaing dengan Tiongkok yang melakukan produksi massal. Oleh karena itu, produktivitas hemp yang sangat baik berpotensi menjadi tumpuan perekonomian kita, khususnya industri TPT dalam negeri,” kata Menteri Teten pada 3 April lalu. , 2024.

Produktivitas hemp Indonesia memiliki kualitas luar biasa dan menjanjikan sebagai tumpuan industri tekstil nasional.

Menteri Teten mencermati berbagai aktivitas yang dilakukan CV Rabersa dalam mengolah tanaman rami menjadi serat alam. Meski berada dalam tahap yang relatif sederhana, proses ini setara dengan standar industri.

Kualitas produk sebanding dengan yang tersedia di pasaran. Menteri Teten menekankan perlunya modernisasi ekosistem industri ini.

“Jika hemp ini nantinya dimanfaatkan sebagai sumber serat nasional maka akan melibatkan petani kecil di Indonesia sehingga memperkuat perekonomian kita,” ujar Menteri Teten.

Ia menegaskan, di sektor hilir, industri TPT relatif lebih baik dibandingkan sektor hulu. Bahan baku tekstil masih didominasi impor karena kelangkaannya di Indonesia.

“Ekonomi sirkular dari serat rami sangat besar. Daunnya dapat digunakan sebagai pakan kambing atau domba, sedangkan biomassa hewan dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik. Bahkan bulu domba dapat dipintal menjadi benang, sehingga tidak ada limbah. Manfaat sirkular perekonomian dinikmati oleh petani,” tambah Menteri Teten.

Saat ini, Indonesia memposisikan diri di industri fashion sederhana melalui berbagai ajang kelas dunia. Tanpa adanya kekhasan, Indonesia akan sulit bersaing dengan negara-negara lain dalam industri fashion sederhana global.

Untuk mendukung industri tekstil melalui pengembangan serat rami, Kementerian Koperasi dan UKM bersama Pemerintah Daerah Wonosobo berencana mendirikan Rumah Produksi Bersama (RPB) serat rami untuk mendukung industri tekstil.

“Kami membutuhkan sekitar 5.000 meter persegi yang dikelola secara kooperatif untuk memudahkan mencari investor yang fokus pada produk custom dan ketersediaan bahan baku,” kata Menteri Teten.

Berdasarkan catatan perdagangan Januari 2024, komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia (kode HS 50-63) mengalami surplus (210 juta USD). Meskipun secara keseluruhan mengalami surplus, namun serat sutra (HS 50), wol (HS 51), kapas (HS 52), dan serat tekstil nabati (HS 53) masih mengalami defisit.

Khusus untuk TPT berbahan serat alam, Indonesia mengimpor sekitar tiga kali lipat nilai ekspornya (rata-rata impor sebesar 2,448 miliar USD sedangkan rata-rata ekspor sebesar 0,841 miliar USD).

Wakil Bupati Kabupaten Wonosobo Muhammad Albar yang menyambut baik kunjungan Menteri Teten yakin potensi ganja akan mendapat pengakuan secara nasional.

“Selanjutnya diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian baik di Wonosobo maupun nasional,” kata Albar.