Print

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan yang signifikan di tengah dinamika global yang berubah cepat. PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), salah satu emiten terkemuka di sektor serat sintetis, memandang prospek bisnisnya dengan konservatif pada tahun ini, sementara berupaya menavigasi berbagai perubahan kebijakan dan kondisi pasar.

Menurut Prama Yudha Amdan, Kepala Komunikasi Perusahaan dan Hubungan Masyarakat Asia Pacific Fibers, kebijakan pemerintah memiliki potensi untuk memberikan dukungan penting bagi industri TPT. Salah satu contohnya adalah rencana pergantian seragam sekolah yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Meskipun beralihnya seragam sekolah dapat memengaruhi permintaan atas produk POLY secara positif, perusahaan menunjukkan sikap hati-hati dalam menyikapi hal ini, terutama dengan fokus pada produksi dalam negeri.

Namun, seiring dengan ketidakpastian yang terkait dengan kebijakan tersebut, POLY juga menyambut baik rencana pemberlakuan Permendag Nomor 3 Tahun 2024. Prama menyatakan bahwa pembatasan impor TPT dan garmen yang diatur dalam permendag baru ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi industri domestik, memungkinkan persaingan yang lebih sehat dan adil. Meskipun demikian, perusahaan juga menekankan pentingnya penegakan hukum yang ketat untuk memastikan keberhasilan implementasi kebijakan ini.

Dalam menghadapi tahun ini, manajemen POLY menetapkan target penjualan bersih sebesar US$ 390 juta, mencerminkan optimisme moderat di tengah lingkungan bisnis yang masih penuh tantangan. Investasi dalam peremajaan mesin dengan alokasi dana belanja modal sebesar US$ 4 juta juga menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperbarui infrastruktur produksinya.

Meskipun demikian, POLY tetap berhati-hati menghadapi ketidakpastian pasar. Mereka mencatat bahwa tahun 2023 merupakan tahun yang sulit bagi industri TPT nasional, dengan dampak yang masih terasa hingga saat ini. Kerugian bersih yang dialami oleh perusahaan pada tahun sebelumnya, sebagian besar disebabkan oleh turunnya produksi dan penjualan sebagai akibat dari ketegangan geopolitik global, khususnya perang Rusia dan Ukraina yang memicu kenaikan harga minyak mentah dunia.

Dengan demikian, POLY dan industri TPT secara keseluruhan dihadapkan pada tantangan besar namun tetap memegang harapan terhadap peluang yang muncul dari perubahan kebijakan dan dinamika pasar. Konservatisme yang diadopsi oleh POLY mencerminkan pendekatan yang bijaksana dalam menghadapi ketidakpastian, sambil tetap berupaya untuk memanfaatkan peluang yang ada di sektor ini.