Print

Era suku bunga tinggi yang diprediksi masih panjang membawa dampak bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, saat ini industri tekstil menahan ekspansi dengan utilisasi yang ditahan di level rendah demi memastikan daya tahan bisnis. Selain tingginya suku bunga, industri tekstil juga dihadapkan pada permasalahan lain, yaitu serbuan impor tekstil. Hal ini dikhawatirkan dapat memukul industri tekstil dalam negeri, terutama pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).

Dampak Suku Bunga Tinggi terhadap Industri TPT:

Meningkatnya biaya modal: Suku bunga pinjaman yang tinggi membuat pengusaha tekstil harus mengeluarkan biaya modal yang lebih besar. Hal ini dapat menghambat investasi dan ekspansi bisnis.
Penurunan permintaan: Konsumen cenderung menunda pembelian produk tekstil karena biaya pinjaman yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan dan omzet bagi industri tekstil.
Pelemahan daya saing: Biaya modal yang tinggi dapat membuat produk tekstil dalam negeri menjadi lebih mahal dibandingkan produk impor. Hal ini dapat melemahkan daya saing industri tekstil dalam negeri di pasar global.
Harapan Pengusaha Menghadapi Suku Bunga Tinggi dan Serbuan Impor Tekstil:

Penurunan suku bunga: Pengusaha tekstil berharap Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Hal ini diharapkan dapat membantu meringankan beban biaya modal bagi pengusaha tekstil.
Kebijakan pemerintah yang pro-industri: Pengusaha tekstil juga berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang pro-industri, seperti pengurangan pajak, pemberian insentif, dan bea masuk yang lebih tinggi untuk produk impor tekstil.
Peningkatan efisiensi dan produktivitas: Pengusaha tekstil perlu meningkatkan efisiensi dan produktivitas agar dapat bersaing dengan produk impor. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi baru, meningkatkan kualitas produk, dan menekan biaya produksi.