Print

Industri tekstil nasional tengah menghadapi tantangan besar, namun di balik situasi ini, usaha konveksi rumahan tetap menunjukkan semangat bertahan. Salah satu contohnya adalah usaha konveksi di kawasan Mampang, Jakarta, yang terus berproduksi di tengah kondisi yang serba sulit. Meskipun industri tekstil mengalami penurunan, konveksi rumahan masih beroperasi untuk memenuhi kebutuhan seragam sekolah, mulai dari tingkat SD hingga SMA.

Usaha konveksi rumahan di Mampang biasanya mampu memproduksi sekitar 1.000 potong seragam sekolah yang didistribusikan ke berbagai kota di Indonesia. Namun, jumlah ini mengalami penurunan drastis akibat sulitnya mendapatkan bahan baku dari pabrik yang terkendala dalam proses produksinya. Keterbatasan bahan baku tidak hanya menghambat produksi, tetapi juga memaksa para pengusaha konveksi untuk berpikir keras mencari solusi.

Di samping itu, harga bahan baku yang terus melonjak menjadi tantangan tambahan bagi para pelaku usaha konveksi rumahan. Mereka harus mencari cara agar bisnis tetap berjalan dengan mempertahankan kualitas produk. Kenaikan harga bahan baku ini mengharuskan mereka melakukan efisiensi di berbagai aspek agar bisa tetap bersaing dan memenuhi kebutuhan pasar yang semakin menuntut kualitas tinggi dengan harga yang tetap terjangkau.

Kendati demikian, geliat usaha konveksi rumahan seperti di Mampang membuktikan bahwa semangat wirausaha dan ketangguhan masih bisa membawa harapan di tengah lesunya industri tekstil secara keseluruhan. Perjuangan mereka untuk bertahan dan beradaptasi dengan kondisi yang tidak menentu menjadi gambaran bahwa usaha kecil memiliki peran penting dalam menopang perekonomian lokal di masa sulit ini.