Print

Industri tekstil Indonesia masih berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Menurut Asosiasi Produsen Serat Benang Filamen Indonesia (APsyFi), banyak perusahaan tekstil yang terus menutup pabrik mereka, dan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kian tak terelakkan. Pasar domestik yang semula menjadi harapan, kini juga tidak bisa lagi diandalkan untuk mendongkrak sektor ini.

Redma Gita Wirawasta, Ketua Umum APsyFi, menjelaskan bahwa industri tekstil Indonesia saat ini hanya beroperasi dengan utilisasi kapasitas sebesar 40-45 persen. Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, tanpa ada perbaikan signifikan. Terlebih lagi, selama dua tahun terakhir, pasar impor juga tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi pertumbuhan sektor tekstil.

Pada sebuah wawancara di Market Review IDX Channel, Redma menekankan bahwa sektor domestik seharusnya menjadi titik terang bagi kebangkitan industri tekstil nasional. Namun, kenyataannya, pasar domestik pun mulai kehilangan daya beli, memperparah situasi sektor ini.

Data sebelumnya menunjukkan bahwa industri tekstil dan pakaian mengalami kontraksi sebesar 0,03% secara tahunan (year-on-year). Masalah lain yang menghantui sektor ini adalah lonjakan produk tekstil impor yang membanjiri pasar dalam negeri. Fenomena ini semakin melemahkan daya saing produk tekstil lokal, memperburuk kondisi industri yang sudah terpuruk.

Tidak hanya industri tekstil, sektor kulit, barang dari kulit, dan alas kaki juga mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 1,93% secara tahunan. Hal ini dipicu oleh penutupan beberapa pabrik akibat penurunan permintaan baik di pasar domestik maupun luar negeri.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi sektor manufaktur. Sektor ini selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, saat ini, industri dalam negeri turut terdampak oleh regulasi yang tidak selalu memihak kepada pelaku usaha. Agus menekankan bahwa diperlukan koordinasi yang lebih baik dan tepat sasaran untuk mengatasi tantangan yang dihadapi industri tekstil serta sektor manufaktur lainnya.

Dengan ekonomi global yang belum stabil dan kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung industri, masa depan industri tekstil Indonesia tampaknya masih akan menghadapi tantangan yang berat. Pemulihan sektor ini membutuhkan kerja sama antara pemerintah dan pelaku industri agar dapat kembali berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian nasional.