Print

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda industri tekstil disebabkan oleh dua faktor utama: penurunan permintaan dan kesulitan memperoleh bahan baku. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Ndari Surjaningsih, menjelaskan bahwa kondisi ekonomi global yang belum pulih sepenuhnya turut memengaruhi industri tekstil dan alas kaki di Indonesia. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara masih melambat, mengakibatkan permintaan terhadap produk tekstil dan alas kaki menurun.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan permintaan adalah inflasi tinggi di beberapa negara tujuan ekspor, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Dalam laporan terbaru, ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki dari Jawa Tengah ke Eropa turun sebesar 24 persen pada tahun 2023, dan penurunan serupa terjadi untuk ekspor ke Amerika.

Selain penurunan permintaan, industri TPT juga menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bahan baku untuk produksi. Banyak produsen alas kaki di Indonesia masih bergantung pada impor bahan baku, namun kebijakan pemerintah yang membatasi impor membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan tersebut. Sementara itu, impor ilegal yang masuk juga menjadi tantangan tersendiri.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Tengah melaporkan bahwa pada tahun 2024, sebanyak 7.437 pekerja terkena PHK di sektor garmen dan tekstil, seiring dengan tutupnya sejumlah perusahaan. Beberapa perusahaan yang terdampak termasuk PT Semar Mas Garmen di Boyolali, PT Cahaya Timur Garmindo di Pemalang, dan PT S. Dupantec di Kabupaten Pekalongan. Angka ini hampir sama dengan jumlah PHK pada tahun 2023, yang mencapai 8.588 pekerja.

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, menyatakan kekhawatiran atas gelombang PHK yang terjadi. Menurutnya, jika tidak ditangani dengan serius, masalah ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengganggu stabilitas sosial dan politik, yang berpotensi mengarah pada disintegrasi bangsa. Bamsoet mengingatkan akan pengalaman krisis ekonomi pada Mei 1998 yang mengakibatkan gejolak sosial dan politik di Indonesia.

Selain industri tekstil, sektor ekonomi digital juga terdampak, dengan Tokopedia mengumumkan PHK terhadap 450 karyawan. Di sisi lain, tingkat pengangguran di kalangan generasi muda juga meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 22,25 persen generasi Z berusia 15-24 tahun tidak memiliki kegiatan di bidang pekerjaan, pendidikan, maupun pelatihan.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Presiden RI Terpilih Prabowo Subianto telah menyusun lima langkah strategis, termasuk peningkatan kualitas hidup generasi muda melalui akses terhadap makanan bergizi dan pendidikan, serta ketahanan pangan dan diversifikasi sumber daya dengan memanfaatkan teknologi. Prabowo juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan geopolitik dan kepentingan Indonesia di tengah persaingan global.

Dalam rangka menguatkan soliditas kebangsaan di masa transisi kepemimpinan, MPR RI akan mengadakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Gabungan bersama organisasi-organisasi masyarakat, seperti Persatuan Putra Putri Angkatan Udara (PPPAU), Forum Komunikasi Putra Putri Angkatan Laut (FKPPAL), dan Himpunan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat (HIPAKAD). Sosialisasi ini diharapkan dapat memperkuat persatuan dan menghadapi tantangan ekonomi serta sosial yang ada.