Print

Asia Pacific Rayon (APR) Group telah menempatkan diri sebagai salah satu perusahaan dengan daya ekspor tertinggi di Provinsi Riau dan Indonesia. Produk tekstil yang dihasilkan APR telah dikenal secara global, berkat bahan viscose yang digunakan, menjadikannya pilihan unggul dalam industri tekstil dunia.

Viscose yang diproduksi oleh APR adalah bahan tekstil yang terbuat dari serat selulosa yang berasal dari pulp kayu. Serat ini memberikan tekstur yang halus dan lembut ketika digunakan dalam pakaian maupun benang, serta mampu menyerap dan mempertahankan warna yang kaya dan cerah, mirip dengan sutra. Salah satu produk andalan dari viscose APR adalah batik khas Melayu Riau, yang diproduksi di kawasan terintegrasi di Pangkalan Kerinci.

Basrie Kamba, Presiden Direktur APRIL Group, menyebutkan bahwa APR mampu memproduksi hingga 450 ribu ton kain batik setiap tahunnya. Selain viscose, APR juga menggunakan katun dan polyester dalam produknya, misalnya pada jeans yang dikenal karena kekuatannya.

Namun, keunggulan APR tidak hanya pada kualitas produknya, tetapi juga pada komitmennya terhadap keberlanjutan. APR Group memastikan bahwa bahan baku yang digunakan, baik viscose maupun katun, ramah lingkungan dan mudah terurai, sebagai bagian dari kontribusi terhadap upaya global dalam menghadapi pemanasan global.

"Planet kita dihuni oleh lebih dari 7 miliar orang, dan pemanasan global adalah tantangan serius. Para pebisnis di seluruh dunia berkomitmen untuk menjaga keberlangsungan Bumi, dan kami di APR juga berfokus pada bahan baku yang berkelanjutan," kata Basrie.

Dalam hal produksi, APR telah menghasilkan 39 persen katun, 19 persen rayon, dan 30 persen polyester. Produk-produknya tidak hanya untuk pasar domestik tetapi juga mendunia, salah satunya melalui kolaborasi dengan pengrajin yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Karya-karya APR bahkan pernah ditampilkan di ajang internasional seperti Paris, Prancis, serta berbagai acara mode di Indonesia seperti Jakarta Fashion Hub (JFH) dan Jakarta Fashion Show.

Menurut Djarot Handoko, Head of Corporate Communications APR, perusahaan ini memiliki tagline "Plantation to Fashion" yang mencerminkan proses produksi dari hulu ke hilir, dari perkebunan hingga produk akhir yang dipasarkan secara global. APR juga mengedepankan industri 4.0 dalam proses produksinya.

Tidak hanya fokus pada produksi, APR Group juga berkontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia, terutama pengrajin. APR memberikan beasiswa gratis kepada pengrajin untuk belajar di Islamic Fashion Institute dan berkolaborasi dengan ahli batik di sana.

APR Group juga aktif mempromosikan produk tekstilnya di berbagai acara, seperti "Riau Berkain" dan program "Wanita Wirausaha", di mana pemenangnya berasal dari pengrajin mitra APR.

Namun, tantangan yang dihadapi APR saat ini adalah banjirnya produk tekstil impor dengan harga yang sangat murah, yang sering kali merupakan barang bekas dan ilegal. Produk-produk ini menekan industri lokal, terutama para pengrajin UMKM.

"Oleh karena itu, kami mendorong DPR untuk segera melegalkan RUU Pertekstilan agar industri tekstil Indonesia siap bersaing di pasar global," tutup Basrie.

APR Group terus menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi pemain global dalam industri tekstil, dengan produk berkualitas tinggi yang berkelanjutan serta komitmen pada pengembangan industri dan pengrajin lokal.