Print

Industri tekstil Indonesia tengah menghadapi tantangan besar, yang semakin diperburuk oleh kejadian tragis kebakaran besar yang melanda pabrik garmen PT Anugerah Abadi Magelang (AAM) di Desa Girirejo, Tempuran, Magelang pada Minggu (8/12). Insiden ini tidak hanya menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan, tetapi juga mengancam kesejahteraan ribuan pekerja serta perekonomian lokal yang sangat bergantung pada sektor ini.

Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, menyampaikan bahwa kebakaran ini merupakan bagian dari serangkaian permasalahan yang semakin memperburuk kondisi industri tekstil nasional. "Kejadian ini adalah tragedi besar, tidak hanya untuk perusahaan, tetapi juga bagi pekerja yang menjadi bagian dari tulang punggung perekonomian lokal," ungkap Cucun dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (10/12).

Industri tekstil Indonesia saat ini tengah menghadapi serangkaian krisis, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, banyaknya perusahaan yang terpaksa gulung tikar atau melakukan efisiensi, dan bahkan raksasa tekstil Sritex yang baru saja mengalami kebangkrutan. Di sisi lain, pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dalam sektor tekstil semakin terjepit karena kesulitan bersaing dengan produk impor murah asal China.

"Para pelaku tekstil ini sudah tidak berdaya. Sudah berlarut-larut masalahnya tapi belum ada juga kehadiran Pemerintah," kata Cucun. Menurutnya, jika pemerintah tidak segera melakukan intervensi, industri tekstil nasional bisa mengalami kehancuran total dari hulu hingga hilir.

Cucun juga menyoroti kebijakan impor yang tidak tegas, seperti Permendag Nomor 8/2024, yang menurutnya telah membuka celah bagi produk impor dengan harga murah untuk membanjiri pasar domestik. "Mereka (produk impor) punya harga murah karena banyak insentif di negaranya, sedangkan kita harus bersaing dengan harga tinggi, ditambah pajak besar yang membebani pelaku usaha lokal," paparnya.

Selain itu, Cucun menyebutkan bahwa sebagian besar produsen garmen di pasar Jakarta kini dikuasai oleh pengusaha asal China, yang memanfaatkan kemudahan akses pasar Indonesia tanpa harus membayar pajak. Hal ini menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan usaha industri tekstil lokal, terutama bagi UMKM yang kesulitan dalam memperoleh insentif atau dukungan dari pemerintah.

Menanggapi hal ini, Cucun menegaskan pentingnya komitmen pemerintah untuk menyelamatkan industri tekstil dalam negeri. Ia berharap, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang mengusung semangat hilirisasi dan industrialisasi dalam negeri dapat memberikan perhatian lebih besar terhadap sektor tekstil.

"Negara harus hadir untuk melindungi para pelaku tekstil, termasuk UMKM-nya. Ini harus disikapi oleh Pemerintah yang mendapatkan amanat dari rakyat. Pemerintahan Pak Prabowo harus betul-betul memberi perhatian penuh untuk pelaku industri tekstil," tambah Cucun.

Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran yang semakin mendalam tentang masa depan industri tekstil Indonesia, yang jika dibiarkan tanpa penanganan serius, dapat berisiko kehilangan daya saing dan menghadapi kehancuran. Pemerintah diminta untuk segera melakukan langkah-langkah konkret agar sektor ini tetap dapat bertahan dan berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan global.