Wakil Menteri Koperasi dan UKM (Wamenkop), Ferry Juliantono, menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung industri tekstil nasional, khususnya perlindungan terhadap para perajin batik. Salah satu upaya konkret adalah mendukung Koperasi Syarikat Dagang Kauman (SDK), koperasi batik terkemuka di Surakarta, Jawa Tengah.
Dalam audiensi dengan pengurus Koperasi SDK di Kampung Kauman, Solo, Ferry mengapresiasi semangat perjuangan koperasi tersebut. Ia menyatakan, "Kemenkop sangat fokus pada perlindungan industri garmen, terutama batik, yang menjadi bagian penting budaya dan ekonomi Indonesia."
Dorongan terhadap Regulasi Perlindungan Industri Tekstil
Ferry mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama adalah belum adanya undang-undang yang melindungi industri tekstil dari produk impor seperti kain bekas dan batik printing. Kemenkop telah mengajukan naskah akademik RUU Perlindungan Industri Tekstil kepada Kementerian Perindustrian dan DPR. Ia berharap RUU ini dapat segera disahkan sebagai payung hukum yang melindungi para pelaku industri dalam negeri.
Selain itu, Ferry juga menyoroti perlunya evaluasi terhadap kebijakan impor yang merugikan industri lokal, termasuk kebijakan bea impor nol persen pada beberapa komoditas. Dalam berbagai koordinasi dengan instansi terkait, ia mendorong pembentukan Satgas Impor untuk mengatasi dampak negatif kebijakan impor tersebut.
Showroom Bersama untuk Perajin Batik
Sebagai bentuk dukungan nyata, Wamenkop Ferry meresmikan Showroom Bersama di Kampung Kauman, Solo. Showroom ini menjadi solusi bagi perajin yang tidak memiliki fasilitas pemasaran sendiri. Selain memperluas akses pasar, showroom ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan volume produksi batik lokal serta menarik wisatawan.
"Melalui inisiatif ini, perajin batik lokal diharapkan mampu bersaing dengan produk impor seperti batik printing dan pakaian bekas," jelas Ferry.
Rebranding dan Digitalisasi Koperasi
Kemenkop juga mendorong koperasi untuk bertransformasi melalui rebranding dan digitalisasi. Salah satu langkah konkret adalah dengan menjadikan koperasi sebagai mitra vendor dalam berbagai kegiatan kementerian. Ferry menyebut, "Kami akan memesan seragam batik dari Koperasi SDK sebagai bentuk dukungan ekosistem gotong royong."
Dukungan lainnya mencakup penguatan kelembagaan koperasi melalui pembiayaan dari LPDB, pemerintah daerah, dan dinas terkait. Ferry berharap, keberhasilan Koperasi SDK dapat menjadi inspirasi bagi koperasi lain untuk berkembang dengan model serupa.
Perkembangan dan Inisiatif Koperasi SDK
Berdiri sejak 2012, Koperasi SDK telah berkembang menjadi lembaga dengan tiga bidang utama: pelatihan membatik, unit jasa keuangan syariah, dan SDK Mart. Pelatihan membatik yang mereka selenggarakan telah menjangkau berbagai wilayah di Indonesia, sementara SDK Mart membantu pedagang kecil di Kauman pasca pandemi Covid-19.
Salah satu inovasi penting Koperasi SDK adalah pendirian showroom bersama yang tidak hanya memasarkan produk batik, tetapi juga menjadi destinasi wisata. Ketua Pengurus Koperasi SDK, Muchammad Yuli, berharap showroom ini dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan potensi pasar, menyerap lebih banyak tenaga kerja, dan mendukung kesejahteraan perajin batik.
Dengan dukungan pemerintah dan inovasi yang berkelanjutan, Koperasi SDK menjadi model bagaimana koperasi dapat menjadi solusi menghadapi tantangan ekonomi, sekaligus memperkuat posisi industri batik sebagai warisan budaya bangsa.