Fast fashion telah menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Industri ini membutuhkan sumber daya besar, menghasilkan limbah signifikan, dan menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem serta masyarakat.
Salah satu bahan utama dalam produksi fast fashion adalah poliester, yang berasal dari bahan baku fosil. Ketika dicuci, poliester melepaskan serat mikro yang berkontribusi pada limbah plastik global. Selain itu, sifatnya yang tidak dapat terurai menambah masalah pencemaran lingkungan. Tidak hanya itu, penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya dalam proses produksi menciptakan risiko kesehatan bagi para pekerja, yang sering kali mengalami ruam, keracunan, atau komplikasi kesehatan lainnya akibat paparan langsung.
Menurut data Program Lingkungan PBB (UNEP), industri pakaian menjadi penyumbang utama pencemaran air dan 10% emisi karbon global. Selain itu, eksploitasi hewan seperti ular dan macan untuk material pakaian turut mengancam populasi satwa liar.
Permasalahan ini mendorong pemerintah dan berbagai pihak untuk mengambil langkah-langkah mitigasi. Beberapa kebijakan yang diterapkan meliputi pemberian pajak pada merek fast fashion, promosi praktik produksi berkelanjutan, serta pengembangan program daur ulang limbah tekstil. Upaya ini bertujuan mengurangi limbah, mengubah pola konsumsi masyarakat, dan meningkatkan keberlanjutan industri pakaian.
Di sisi lain, peran praktisi public affairs menjadi penting dalam menjembatani komunikasi antara perusahaan dan pemerintah. Dengan memahami kebijakan publik, mereka dapat memengaruhi regulasi yang mendukung keberlanjutan dan menciptakan strategi komunikasi yang mendorong perubahan positif dalam industri ini.
Fast fashion telah menyebabkan limbah tekstil mencapai 92 juta ton per tahun, diperparah dengan perilaku konsumtif masyarakat yang sering mengganti pakaian demi tren. Untuk mengurangi dampaknya, diperlukan kesadaran konsumen tentang pentingnya memilih produk berkelanjutan, mendukung bisnis dengan standar etika yang baik, dan mendaur ulang pakaian lama melalui sumbangan atau program daur ulang.
Dengan langkah kolektif dari pemerintah, industri, dan konsumen, diharapkan dampak buruk fast fashion terhadap lingkungan dapat diminimalkan.