Industri fashion tengah berada dalam dilema besar. Tren gaya hidup "slow fashion" yang sejalan dengan konsep You Only Need One (YONO) mulai menggeser pola konsumsi masyarakat terhadap pakaian. Fenomena ini berpotensi menurunkan permintaan produk sandang nasional, sementara gempuran produk impor dengan skala masif semakin memperlemah daya saing industri tekstil dalam negeri. Jika kondisi ini terus berlanjut, industri padat karya ini bisa mengalami penurunan signifikan, bahkan menghadapi ancaman kebangkrutan.
Di sisi lain, isu keberlanjutan semakin menjadi perhatian global. Upaya mengurangi pemanasan global dan emisi karbon mendorong berbagai industri untuk menerapkan prinsip ramah lingkungan, termasuk sektor fashion. "Slow fashion" hadir sebagai solusi dengan mengajak konsumen untuk lebih selektif dalam membeli pakaian dan memaksimalkan manfaat dari setiap produk yang dimiliki. Namun, penerapan konsep ini justru bisa menghambat pertumbuhan industri fashion yang selama ini bergantung pada permintaan tinggi dan produksi cepat.
Konsumsi pakaian yang tidak terkendali akibat tren "fast fashion" juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan konsumen itu sendiri. Produksi sandang yang berlebihan berkontribusi pada peningkatan limbah tekstil, yang diperkirakan menyumbang sekitar tujuh persen dari total limbah global. Di Indonesia, jumlah limbah tekstil diproyeksikan mencapai 3,5 juta ton pada tahun 2030, meningkat 68 persen dibandingkan tahun 2019.
Bagi konsumen, tren mode yang cepat berganti sering kali mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan. Koleksi pakaian yang terus bertambah tidak selalu berbanding lurus dengan penggunaannya, menyebabkan penumpukan barang yang jarang dipakai. Selain pemborosan finansial, pola konsumsi ini pada akhirnya hanya berujung pada akumulasi pakaian yang tak lagi relevan seiring dengan munculnya tren baru.
Industri fashion kini menghadapi tantangan besar untuk menemukan keseimbangan antara keberlanjutan dan keberlangsungan bisnis. Sementara kesadaran akan dampak lingkungan semakin meningkat, industri harus beradaptasi dengan inovasi dan strategi baru agar tetap bertahan dalam persaingan global yang semakin ketat.