Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa industri tekstil, produk tekstil (TPT), dan alas kaki tetap menjadi sektor strategis bagi ketahanan ekonomi dan sosial Indonesia. Di tengah tantangan global dan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK), sektor ini justru memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Luhut menyebutkan bahwa meskipun banyak pihak pesimis dan menganggap sektor ini sebagai industri sunset, DEN melihatnya sebagai pilar penting yang menyerap hampir 4 juta tenaga kerja, dengan pakaian jadi berkontribusi sebesar 2,9 juta tenaga kerja. Industri ini juga memiliki dampak luas terhadap sektor usaha kecil dan mikro, termasuk industri makanan dan minuman yang bergantung pada daya beli pekerja di sektor ini.
Dalam satu tahun terakhir, Indonesia menjadi target relokasi industri tekstil dan alas kaki akibat dinamika global, termasuk perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta kejenuhan industri di Vietnam. Kondisi ini mendorong peningkatan investasi asing langsung (FDI) ke sektor TPT, yang pada 2024 mencapai US$ 903 juta atau naik 107% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, investasi dari dalam negeri (PMDN) untuk sektor ini juga menunjukkan tren positif dengan nilai mencapai Rp 7 triliun.
Investasi ini berperan dalam penciptaan lapangan kerja yang signifikan. Berdasarkan kajian DEN, investasi sebesar US$ 20-30 juta pada pabrik pakaian jadi mampu menyerap hingga 9.000 tenaga kerja. Selain itu, pertemuan DEN dengan Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) dan perwakilan global apparel seperti Adidas dan Nike mengungkapkan bahwa salah satu merek ternama dunia berencana meningkatkan order di Indonesia hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun mendatang, yang berpotensi membuka 100.000 lapangan kerja baru.
Namun, Luhut mengakui bahwa industri ini masih menghadapi berbagai tantangan, seperti perizinan amdal, pembebasan lahan, dan kebijakan upah. Meski demikian, ia optimistis bahwa dengan koordinasi yang baik, hambatan tersebut dapat diatasi. Perlindungan pasar dalam negeri dari impor ilegal juga menjadi perhatian utama, mengingat kapasitas produksi berlebih di Tiongkok akibat tarif Amerika Serikat yang mendorong ekspor mereka ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Luhut menegaskan pentingnya keseimbangan antara perlindungan industri dalam negeri dan ketersediaan bahan baku produksi.
Selain sektor tekstil dan alas kaki, DEN juga menjajaki peluang Indonesia dalam rantai pasok industri semikonduktor global. Salah satu inisiatif yang tengah dikembangkan adalah kerja sama dengan perusahaan semikonduktor asal Singapura, yang mencakup program pelatihan bagi 50-100 tenaga kerja Indonesia dalam desain chip, perakitan, dan pengemasan semikonduktor.
Di tengah ketidakpastian global, Luhut mengajak semua pihak untuk tetap optimistis. Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar dalam industri strategis, asalkan semua pihak bersatu dan bekerja sama untuk memaksimalkan potensi yang ada.