Industri tekstil Indonesia sedang menghadapi masa sulit. Permintaan pasar dalam negeri yang melemah dan penumpukan stok barang menjadi dua tantangan utama yang kini membayangi kelangsungan sektor ini. Di tengah kekhawatiran para pelaku usaha atas potensi pelonggaran impor, keyakinan tetap muncul dari kalangan pengusaha bahwa Presiden Prabowo Subianto akan berpihak pada kepentingan nasional dan melindungi industri tekstil.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa, menyampaikan bahwa Presiden Prabowo telah memberikan sinyal tegas dalam mendukung industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Menurutnya, Presiden memahami pentingnya sektor ini bagi penyerapan tenaga kerja, terutama bagi lulusan sekolah menengah pertama dan atas.
Jemmy menyebut bahwa sekitar 80 persen tenaga kerja di industri TPT berasal dari kalangan pendidikan menengah ke bawah. Bila industri ini tumbang, sektor lain akan kesulitan menampung angkatan kerja sebanyak itu. Oleh karena itu, menurutnya, peran negara dalam menjaga keberlangsungan industri tekstil menjadi sangat krusial.
Terkait isu pelonggaran impor, Jemmy menjelaskan bahwa banyak pihak salah menafsirkan kebijakan pemerintah. Ia menegaskan bahwa Presiden tidak berniat membuka keran impor tanpa batas, melainkan tengah mencari titik keseimbangan antara kebutuhan bahan baku dan perlindungan terhadap produk dalam negeri. Proses penyusunan regulasi impor pun masih dibahas dan diselaraskan di kementerian terkait, terutama di Kementerian Perdagangan.
Impor bahan baku, menurut Jemmy, hanya akan diberikan pada barang-barang yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri. Sementara itu, jika produk jadi dibiarkan masuk tanpa kendali, dampaknya akan sangat besar, tidak hanya bagi industri besar tetapi juga bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (IKM) yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Jemmy mengakhiri pernyataannya dengan menegaskan bahwa Presiden Prabowo telah menyampaikan pesan yang sangat jelas dan nasionalis: industri tekstil, sebagai sektor padat karya, harus dilindungi. Hal ini menjadi harapan bagi para pelaku usaha di tengah tekanan berat yang sedang dihadapi industri tekstil nasional.