Kondisi industri makanan dan minuman (mamin) serta tekstil di Indonesia pada momentum Ramadan hingga Lebaran 2025 tak menunjukkan lonjakan berarti. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai, tahun ini pelaku industri justru tidak merasakan adanya geliat pasar yang biasanya meningkat pada momen besar tersebut.
Ketua Bidang Industri Manufaktur Apindo, Adhi Lukman, mengungkapkan bahwa rendahnya daya beli masyarakat menjadi penyebab utama lesunya industri mamin dan tekstil. “Lebaran kali ini kita sulit tersenyum. Benar-benar kita merasakan seolah-olah tidak ada lebaran kali ini,” ujar Adhi dalam Media Briefing Apindo Indonesia Quarterly Update di Jakarta Selatan, Selasa (13/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa momentum Lebaran tahun ini berdekatan dengan perayaan Imlek, Natal, dan tahun baru, yang menyebabkan periode vakum belanja masyarakat semakin panjang. Hal ini menambah beban industri yang biasanya menggantungkan harapan pada momen-momen konsumsi tinggi.
Apindo bersama para ahli ekonomi telah melakukan pembahasan terkait strategi dan peluang yang dapat diambil selama masa paceklik tersebut. Namun, Adhi menyebut bahwa kuartal kedua dan ketiga tahun ini menjadi periode paling sulit karena minimnya perayaan besar yang dapat mendorong konsumsi.
“Oleh sebab itu, kita sangat berharap pemerintah bisa segera memberikan kebijakan baru, khususnya stimulus untuk meningkatkan daya beli,” pungkas Adhi. Ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah agar industri tetap bertahan dan dapat kembali menggairahkan pasar domestik yang lesu.