Print

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia tengah menghadapi tantangan serius akibat ketidakpastian regulasi yang terus berubah, serta sistem perdagangan global yang dinilai tidak adil. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastratmaja, menilai kondisi ini menyebabkan industri tekstil seperti mesin yang menyala, namun tidak tahu arah pergerakannya.

Dalam forum Kadin Global & Domestic Outlook Q1/2025 di Jakarta, Jemmy menjelaskan bahwa perubahan regulasi yang tidak konsisten, ditambah lemahnya arah kebijakan industri nasional, menjadi kabut yang menghalangi pertumbuhan industri tekstil. Padahal, menurutnya, industri ini masih memiliki pasar ekspor yang menjanjikan, dengan rantai pasok dari hulu hingga hilir serta daya serap tenaga kerja yang besar.

Jemmy menekankan pentingnya menjadikan industri TPT sebagai bagian dari agenda hilirisasi pemerintah. Dengan struktur industri yang padat karya, sektor ini mampu menjadi solusi untuk menyerap angkatan kerja Indonesia, yang mayoritas berasal dari lulusan SMP dan SMA. Jika didukung regulasi yang tepat sasaran, industri TPT bisa menjadi penyerap tenaga kerja yang signifikan di tengah bonus demografi yang akan datang.

Ia juga membantah anggapan bahwa industri tekstil Indonesia tertinggal dalam hal teknologi dan modernisasi. Menurutnya, Indonesia memiliki rantai produksi yang lengkap, mulai dari hulu berbasis sumber daya alam hingga ke hilir. Hal itu tercermin dari tren investasi yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, nilai investasi sektor TPT mencapai US$428,22 juta, melonjak menjadi US$988,57 juta di 2022, meski sempat turun di 2023, namun kembali naik signifikan menjadi US$1.372,46 juta pada 2024.

Tren investasi ini, menurut Jemmy, menjadi bukti kepercayaan investor terhadap prospek industri TPT nasional. Sekaligus menepis anggapan bahwa sektor ini tertinggal dalam revitalisasi dan modernisasi. Jemmy menutup pernyataannya dengan menyerukan pentingnya konsistensi regulasi dan arah industri yang tegas agar potensi besar sektor tekstil dapat dioptimalkan.