Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa keputusan pemerintah menolak pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas impor benang filamen sintetis asal China didasari oleh kepentingan industri hilir tekstil yang dinilai memiliki dampak lebih besar terhadap keseluruhan ekosistem industri tekstil nasional.
Menurut Budi, atau yang akrab disapa Busan, sektor hilir merupakan bagian terbesar dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri. Karena itu, perhatian pemerintah lebih difokuskan pada keberlanjutan sektor hilir demi menjaga stabilitas dan daya saing industri nasional secara keseluruhan.
“Justru industri hilir itu yang besar dan menjadi representasi utama tekstil nasional. Maka kepentingan yang lebih besar itulah yang harus diperhatikan,” ujar Busan di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Keputusan penolakan BMAD tersebut, menurutnya, juga telah melalui pembahasan lintas kementerian, termasuk masukan dari Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang sebelumnya menolak usulan pengenaan bea tersebut.
Namun, keputusan ini mendapat kritik keras dari Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), yang mewakili industri hulu tekstil. Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wiraswasta, menilai praktik dumping dari produk impor terbukti telah menekan harga pasar domestik, memaksa produsen lokal menjual di bawah harga wajar, dan menyebabkan kerugian serius di sektor hulu.
Redma menegaskan bahwa persoalan ini bukan tentang kemampuan industri hilir menyerap hasil produksi dalam negeri, melainkan soal harga. Barang impor yang dijual murah akibat praktik dumping telah memaksa produsen lokal menurunkan harga secara tidak sehat demi tetap bertahan di pasar.
Di sisi lain, Kementerian Perindustrian turut mendukung keputusan Kementerian Perdagangan. Juru bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, menyatakan bahwa mayoritas pelaku industri hilir dan menengah tekstil di Indonesia masih sangat bergantung pada bahan baku impor. Menurutnya, kebijakan BMAD saat ini sudah tepat.
Ia juga menekankan bahwa membangun ekosistem industri tekstil tidak bisa hanya dengan memperkuat sektor hulu. Keberlanjutan rantai pasok bahan baku yang masih ditopang oleh impor harus tetap dijaga agar sektor hilir dapat terus berjalan.
Febri menyatakan, jika suatu saat industri hilir dalam negeri telah mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri secara signifikan, maka penerapan BMAD dapat kembali dipertimbangkan. Namun untuk saat ini, keseimbangan dan keberlangsungan industri hilir menjadi prioritas utama pemerintah.