Print

Peluang besar tengah menanti industri tekstil Indonesia seiring dengan rencana finalisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) yang ditargetkan rampung pada September 2025. Kesepakatan ini dinilai akan memberikan dorongan signifikan bagi ekspor produk tekstil nasional, khususnya benang filamen, ke pasar Eropa.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma G. Wirawasta, saat ini nilai ekspor benang filamen ke Uni Eropa mencapai sekitar US$50 juta. Dengan diberlakukannya IEU-CEPA dan penghapusan tarif antara 5% hingga 7% yang selama ini dikenakan, nilai ekspor diperkirakan dapat meningkat dua kali lipat.

Selain manfaat dari penghapusan tarif, kesiapan industri dalam negeri juga menjadi faktor pendorong utama. Redma menegaskan bahwa para produsen benang telah memenuhi persyaratan certificate of origin (COO), yang menjadi syarat utama untuk mengekspor produk ke pasar Eropa. Karena bahan baku utama berasal dari dalam negeri, COO tidak menjadi hambatan berarti. Bahkan, dengan berlakunya aturan COO ini, industri hilir tekstil dalam negeri berpotensi terdorong untuk lebih banyak menggunakan bahan baku lokal.

Di luar pasar Eropa, APSyFI juga menanggapi penurunan tarif resiprokal dari Amerika Serikat secara positif. Setelah sebelumnya dikenakan tarif tambahan sebesar 32%, kini turun menjadi 19%. Meski masih menjadi beban, penurunan ini dianggap memberi ruang bersaing yang lebih baik, terutama dibandingkan dengan negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Bangladesh, yang terakhir masih menghadapi tarif hingga 35%.

Sementara itu, Redma menilai bahwa akses barang tekstil dari Amerika Serikat ke pasar Indonesia tidak akan menjadi ancaman langsung. Sebaliknya, produk-produk dari AS lebih bersifat pelengkap. Bahkan, Indonesia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengimpor bahan baku primer seperti kapas, yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

Dengan kesiapan industri dan dukungan perjanjian dagang yang strategis, masa depan ekspor tekstil Indonesia ke pasar global, terutama Eropa dan Amerika, terlihat semakin menjanjikan.