Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap praktik transshipment yang dilakukan produsen asal China dengan memanfaatkan Indonesia sebagai negara perantara untuk menembus pasar Amerika Serikat (AS). Praktik ini dinilai tidak hanya merugikan kredibilitas ekspor Indonesia, tetapi juga dapat membahayakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional secara keseluruhan.
Transshipment adalah praktik memindahkan barang dari satu negara ke negara lain hanya untuk mengubah label asal barang tersebut. Dalam kasus ini, produk dari China—yang dikenakan tarif tinggi oleh pemerintah AS—dimasukkan terlebih dahulu ke Indonesia, lalu diekspor kembali ke AS dengan label "Made in Indonesia". Direktur Eksekutif API, Danang Girindrawardana, mengungkapkan bahwa sejauh ini sudah ada tiga perusahaan Indonesia yang dikenai sanksi antidumping oleh AS akibat terlibat dalam praktik ini.
Menurut Danang, manipulasi surat keterangan asal (SKA) atau certificate of origin (COO) menjadi kunci utama dalam praktik transshipment ini. Ia menegaskan bahwa praktik ini mudah dilacak melalui data pengiriman dalam trade map, namun belum ada langkah tegas dari pemerintah untuk menindaknya. Bahkan, negara lain seperti Vietnam juga kerap digunakan sebagai jalur transit oleh produsen China untuk menghindari tarif masuk yang tinggi.
Pemerintah Indonesia pun diingatkan untuk tidak lengah. Jika praktik ini terus dibiarkan, Indonesia berisiko dikenai tarif tambahan seperti yang dialami Vietnam, yang ditetapkan tarif sebesar 40% oleh AS karena terbukti melakukan transshipment. Menteri Perdagangan Budi Santoso sebelumnya telah menyatakan bahwa Indonesia tidak akan mengambilalih barang dari negara lain hanya untuk tujuan menghindari bea masuk tinggi, sesuai dengan kesepakatan dagang antara Indonesia dan AS.
Danang menekankan bahwa penyelesaian masalah ini sepenuhnya bergantung pada komitmen pemerintah dan penegakan hukum dalam negeri. Tanpa langkah konkret, bukan hanya reputasi Indonesia di pasar global yang terancam, tetapi juga masa depan industri tekstil nasional yang sudah menghadapi banyak tantangan dari sisi daya saing dan serbuan produk impor murah.