Di tengah tekanan berat yang dialami industri tekstil Indonesia, secercah harapan muncul dari ketertarikan sejumlah investor asing untuk menanamkan modalnya. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa pada semester kedua 2024 telah muncul minat dari investor, khususnya di sektor benang dan pabrik tekstil terintegrasi.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier, menyebut minat investasi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih dianggap potensial oleh pelaku industri global. Ia menjelaskan bahwa salah satu investasi berasal dari kerja sama dengan pihak Swedia yang berlokasi di Brebes, serta investor dari China yang menunjukkan ketertarikan serupa. Meski demikian, ia belum bersedia mengungkapkan nilai pasti dari investasi yang direncanakan.
Kabar ini datang tak lama setelah PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), salah satu produsen serat poliester terbesar di Indonesia, mengumumkan penutupan permanen pabriknya di Karawang, Jawa Barat. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen POLY menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena permintaan pasar yang terus melemah, baik domestik maupun global.
Kondisi industri tekstil saat ini memang berada dalam tekanan berat. Kelebihan kapasitas global, kenaikan tarif ekspor ke Amerika Serikat, dan lonjakan harga bahan baku telah menjadi tantangan besar. Di sisi domestik, ketidakpastian kebijakan pemerintah seperti penerapan bea anti-dumping dan lambatnya revisi aturan impor juga memperburuk situasi.
Manajemen POLY menyatakan bahwa perusahaan akan menyesuaikan strategi bisnisnya dengan fokus pada operasional pabrik yang masih tersisa di Kaliwungu–Kendal, Jawa Tengah. Penutupan ini menjadi sinyal serius mengenai tekanan struktural yang tengah dihadapi sektor tekstil Indonesia.
Kendati demikian, minat dari investor asing yang disampaikan Kemenperin memberi sinyal bahwa peluang masih terbuka, asalkan pemerintah mampu memberikan kepastian regulasi dan iklim usaha yang lebih kondusif. Dukungan terhadap industri tekstil yang lebih terintegrasi dan efisien akan menjadi kunci agar sektor ini kembali berdaya saing, sekaligus menjadi pendorong pemulihan ekonomi nasional.