Print

Indonesia tengah bersiap menyambut gelombang investasi asing di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), terutama dari Swedia, China, dan Jepang. Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa pada semester II tahun 2025, sejumlah perusahaan dari negara-negara tersebut akan menanamkan modalnya, terutama di segmen hilir seperti kain dan proses pencelupan yang lebih ramah lingkungan.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin, Taufiek Bawazier, mengungkapkan bahwa fokus investasi berada di sekitar proses pencelupan kain menuju garmen. Dalam kerja sama dengan Jepang, misalnya, Indonesia akan mengembangkan teknologi pencelupan yang menurunkan emisi karbon, salah satunya melalui pengurangan penggunaan pemanas atau boiler yang mengandalkan listrik dari batu bara.

Antusiasme investor asing tak lepas dari kepastian finalisasi pakta dagang Indonesia–Uni Eropa (IEU-CEPA), yang direncanakan akan ditandatangani pada September 2025 di Jakarta. Pasar Eropa yang dikenal memiliki standar ketat dalam aspek keberlanjutan—termasuk dalam hal penggunaan bahan kimia—dianggap sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk membuktikan kemampuannya memenuhi standar tersebut.

Taufiek menekankan bahwa standar tinggi dari Eropa justru menjadi daya tarik bagi investor karena Indonesia dinilai mampu memenuhinya, khususnya dalam pengolahan tekstil berkelanjutan.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa kesepakatan IEU-CEPA akan berlaku efektif mulai 2026. Ia juga berharap penerapan bebas tarif ekspor hingga 80% produk Indonesia ke Eropa dapat dipercepat. Hal ini diharapkan semakin mendorong geliat investasi dan memperkuat daya saing industri tekstil nasional di pasar global.