Print

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar dialog dengan para pelaku industri furnitur, kerajinan, dan tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memperkuat perekonomian daerah sekaligus merespons dinamika perdagangan global. Kegiatan yang berlangsung di Kantor OJK DIY pada Jumat (8/8) ini dipimpin oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dan dihadiri lebih dari 50 anggota asosiasi pelaku usaha, termasuk KADIN DIY, ASMINDO DIY, dan MES DIY.

Mahendra menyoroti kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat sebesar 19 persen terhadap produk Indonesia. Meski menjadi tantangan, ia melihat kebijakan ini juga membuka peluang untuk meningkatkan volume ekspor ke AS, terutama di sektor furnitur, kerajinan, dan tekstil. Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima eksportir tekstil dan produk tekstil terbesar ke AS, dengan hampir 50 persen dari total ekspor TPT Indonesia mengarah ke pasar negara tersebut. Sementara itu, 57 persen ekspor furnitur Indonesia juga dikirim ke AS.

Keunggulan kompetitif Indonesia terlihat dari tarif AS yang lebih rendah dibandingkan negara pesaing utama seperti China (30 persen), Vietnam (20 persen), dan India (35 persen). Kondisi ini dinilai menjadi peluang strategis untuk memperluas pangsa pasar di AS.

OJK juga mendorong penguatan industri dalam negeri, khususnya untuk UMKM furnitur, kerajinan, dan tekstil di DIY dan Jawa Tengah, melalui peningkatan akses pembiayaan. Mahendra menegaskan komitmen OJK untuk menyampaikan aspirasi pelaku usaha kepada kementerian dan lembaga terkait.

Wakil Ketua KADIN DIY, Robby Kusumaharta, mengapresiasi inisiatif dialog ini dan berharap forum tersebut dapat menghasilkan solusi konkret bagi keberlanjutan industri di daerah. Diskusi ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara regulator, pelaku usaha, dan asosiasi industri demi menjaga daya saing nasional.