Produk unggulan Indonesia seperti tekstil, furnitur, dan crude palm oil (CPO) diproyeksikan tetap menjadi andalan ekspor ke pasar Eropa setelah implementasi Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Kesepakatan perdagangan bebas yang menghapus hingga 98% tarif ini diyakini akan membuka peluang besar bagi produk nasional agar semakin kompetitif di pasar global.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi, menyebut IEU-CEPA sebagai peluang strategis yang harus dimanfaatkan secara maksimal. Menurutnya, produk manufaktur masih mendominasi ekspor Indonesia ke Uni Eropa, dengan tekstil, foodware, dan furnitur sebagai sektor utama. Sementara itu, CPO tetap menjadi penyumbang terbesar meskipun harus bersaing dengan minyak nabati lain di Eropa.
Ia menegaskan bahwa implementasi IEU-CEPA akan memperkuat posisi produk unggulan Indonesia di tengah kompetisi global. Harapannya, dengan penghapusan tarif, produk Indonesia dapat lebih unggul dalam persaingan pasar.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa pada tahun lalu mencapai US$ 30 miliar. Dengan adanya IEU-CEPA, pemerintah menargetkan peningkatan signifikan dari capaian tersebut. Tidak hanya dengan Uni Eropa, Indonesia juga telah menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas dengan Kanada melalui Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) yang memberikan preferensi tarif lebih dari 90% produk Indonesia, termasuk tekstil, elektronik, makanan olahan, dan sarang burung walet.
Budi menegaskan bahwa kedua perjanjian perdagangan strategis ini menjadi momentum penting untuk memperluas pasar ekspor Indonesia. Dengan hambatan tarif yang semakin kecil, produk unggulan nasional memiliki peluang besar menembus pasar Eropa dan Amerika Utara. Pemerintah pun mendorong pelaku usaha agar memanfaatkan momentum ini untuk memperluas pangsa pasar sekaligus meningkatkan daya saing ekspor Indonesia.