Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa kontraksi Indeks Kepercayaan Industri (IKI) subsektor tekstil pada Oktober 2025 disebabkan oleh penyesuaian stok di negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat dan Eropa. Nilai IKI subsektor ini tercatat sebesar 49,74 poin, turun ke bawah level ekspansi setelah beberapa bulan sebelumnya menunjukkan kinerja yang stabil.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Rizky Aditya Wijaya, menjelaskan bahwa perlambatan terutama terjadi pada komponen pesanan baru. Hal ini disebabkan oleh langkah negara tujuan ekspor dalam menyesuaikan stok setelah periode ekspansi besar pada awal tahun, serta pengaruh perubahan musim dan tren mode fesyen di pasar global.
“Kami memandang kondisi ini tidak menunjukkan pelemahan struktural, melainkan penyesuaian normal seiring dengan dinamika perdagangan global dan siklus permintaan tekstil internasional,” ujar Rizky dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (30/10/2025).
Ia menambahkan, fenomena serupa juga dialami oleh negara produsen tekstil besar lainnya seperti China, India, dan Vietnam. Negara-negara tersebut juga tengah melakukan penyesuaian dalam siklus pengiriman dan efisiensi rantai pasok global. “Dalam konteks global, retailer internasional kini lebih banyak menerapkan sistem short term buying untuk menghindari penumpukan stok menjelang musim produksi 2026,” imbuhnya.
Meskipun terjadi perlambatan pada pesanan baru, Rizky menegaskan bahwa aktivitas industri tekstil nasional masih berjalan baik. Komponen produksi dan persediaan masih menunjukkan ekspansi, yang menandakan bahwa produk tekstil Indonesia tetap terserap oleh pasar.
Produsen dalam negeri juga dinilai berhasil beradaptasi dengan mengalihkan sebagian kapasitas produksinya ke pasar domestik dan industri pakaian jadi nasional yang justru berada pada fase ekspansi. Dukungan regulasi melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 17 Tahun 2025 turut memperkuat langkah ini dengan memperluas penyerapan bahan baku kain dari produsen lokal.
“Dari sisi investasi, kepercayaan terhadap sektor tekstil masih tetap tinggi. Pelaku industri melihat potensi jangka menengah sektor ini masih menjanjikan,” ujar Rizky.
Secara keseluruhan, Kemenperin mencatat bahwa IKI nasional pada Oktober 2025 tetap berada di level ekspansif, yakni sebesar 53,50 poin. Dua subsektor dengan kinerja terbaik pada periode tersebut adalah industri pengolahan tembakau dan industri kertas serta barang dari kertas.
Dengan demikian, meski subsektor tekstil mengalami tekanan jangka pendek, Kemenperin menilai kondisi ini merupakan bagian dari siklus normal dalam rantai perdagangan global, bukan tanda penurunan mendasar pada daya saing industri tekstil nasional.