Asosiasi Garment dan Tekstil Indonesia (AGTI) menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan fondasi penting untuk memperkuat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional. Sinergi antara pengusaha, pemerintah, dan serikat pekerja dinilai menjadi kunci untuk membangun ekosistem industri yang tangguh dan berkelanjutan.
Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto, menyampaikan keyakinannya bahwa kerja sama yang solid di antara seluruh pemangku kepentingan akan mendorong kemajuan ekonomi berbasis Pancasila. Ia optimistis, dengan persatuan yang kuat, Indonesia mampu melampaui pertumbuhan negara-negara pesaing di kawasan.
“Kami di AGTI sangat yakin bahwa jika seluruh mitra kami—pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja—bersatu dalam semangat ekonomi Pancasila, potensi ekonomi kita bisa meningkat dua kali lipat. Bukan hal yang mustahil bagi Indonesia untuk melampaui negara pesaing jika kita bersatu,” ujar Anne dalam keterangan resmi, Kamis (6/11/2025).
Anne menilai, semangat kolaboratif tersebut sejalan dengan program Asta Cita yang diusung Presiden Prabowo Subianto. Dalam konteks ini, AGTI berkomitmen memperkuat daya saing produk garmen dan tekstil lokal dengan menjunjung nilai-nilai keadilan sosial dan kesejahteraan bersama.
Komitmen itu juga terlihat dalam langkah AGTI yang baru-baru ini mengadakan audiensi dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Dalam pertemuan tersebut, AGTI menegaskan pentingnya dukungan pemerintah dalam menciptakan iklim industri yang kondusif agar sektor TPT dapat tumbuh dan berinovasi.
Anne menambahkan bahwa sektor tekstil dan garmen memiliki peran strategis sebagai industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dari berbagai lapisan masyarakat. Menurutnya, industri ini memberikan kesempatan luas bagi masyarakat, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi.
“Sila ketiga kita adalah Persatuan Indonesia. Karena itu, saya mengimbau seluruh pemangku kepentingan untuk mencintai dan menjaga industri padat karya ini. Industri tekstil mampu memberikan transformasi besar, apalagi di era industri 4.0 yang sedang digalakkan oleh Kementerian Perindustrian,” jelasnya.
Lebih lanjut, Anne menegaskan bahwa pembangunan industri TPT tidak hanya berfokus pada efisiensi dan daya saing, tetapi juga harus menegakkan prinsip keadilan sosial sebagaimana tercantum dalam nilai-nilai Pancasila. Pendekatan yang diusung AGTI, katanya, bukan sekadar mengejar keuntungan bisnis, tetapi juga menciptakan nilai tambah melalui kolaborasi dengan pemerintah, pekerja, dan akademisi.
Dengan semangat persatuan dan kolaborasi lintas sektor, AGTI optimistis industri tekstil Indonesia dapat menjadi pilar utama dalam mewujudkan ekonomi nasional yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan sesuai cita-cita ekonomi Pancasila.