Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Budi Sulistyono atau Kanang, menilai bahwa polemik terkait perdagangan pakaian bekas tidak seharusnya dipandang sebagai penyebab utama melemahnya industri tekstil nasional. Menurutnya, akar persoalan sesungguhnya justru terletak pada derasnya impor pakaian baru berharga sangat murah yang membanjiri pasar domestik.
Pandangan itu ia sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama sejumlah perwakilan asosiasi dan konsumen, termasuk Aliansi Pedagang Pakaian Bekas Indonesia (APPBI), Paguyuban Pedagang Gede Bage, dan perwakilan konsumen apartemen serta pembeli tiket konser di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Kanang menegaskan bahwa perdagangan pakaian bekas sudah ada sejak 1990-an dan kini berkembang menjadi ekosistem tersendiri. Oleh karena itu, menurutnya, tidak tepat jika seluruh persoalan industri tekstil hanya ditumpahkan kepada sektor thrifting.
“Baju bekas memang sudah tumbuh sejak lama. Tapi yang membuat industri tekstil kita terpuruk bukan thrifting, melainkan serbuan impor baju baru murah, terutama dari China,” ujar Kanang.
Ia menambahkan, banyak pakaian impor murah yang menyerupai batik dan desain tekstil lokal sehingga memicu persaingan tidak sehat terhadap UMKM maupun industri rumahan yang jumlahnya masih mendominasi sektor produksi nasional. Persaingan tersebut semakin berat karena barang-barang impor tersebut dibanderol dengan harga yang tidak dapat ditandingi produsen lokal.
Selain persoalan impor, Kanang juga menyoroti adanya pabrik tekstil yang mencemari lingkungan. Namun ia menegaskan bahwa isu tersebut tidak boleh dijadikan alasan untuk mengabaikan masalah utama, yakni banjirnya produk impor tanpa kendali yang merusak ekosistem usaha tekstil dalam negeri.
Ia mengajak pemerintah memperketat regulasi impor pakaian baru sekaligus memperbaiki tata kelola perdagangan pakaian bekas agar tidak hanya satu pihak yang menjadi korban dalam penegakan aturan.
“Kalau penyelundupan dan impor bisa ditertibkan secara bersamaan, ekosistem tekstil nasional kita akan lebih sehat. Jangan sampai hanya satu sektor yang disudutkan,” pungkas Kanang.