Print

Peluang ekspor tekstil Indonesia ke pasar India kembali menguat setelah pemerintah Negeri Bollywood resmi mencabut aturan Quality Control Order (QCO) untuk produk viscose staple fiber (VSF) asal Indonesia pada akhir bulan lalu. Kebijakan tersebut langsung berlaku dan membuka kembali akses masuk produk RI yang sempat terhambat selama hampir dua tahun. Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut keputusan India menjadi momentum pemulihan ekspor serat buatan Indonesia. Menurutnya, pasar India merupakan salah satu jalur strategis bagi penguatan kinerja industri VSF nasional. Ia pun mendorong pelaku usaha untuk segera memanfaatkan peluang yang kembali terbuka tersebut.

Pencabutan QCO membuat produsen Indonesia tidak lagi diwajibkan mengantongi sertifikasi Bureau of Indian Standards (BIS) ataupun memenuhi standar ISO 17266:2019. Aturan sertifikasi yang ketat itu sebelumnya memperlambat masuknya produk VSF Indonesia dan menekan nilai ekspor secara signifikan. Data pemerintah menunjukkan nilai ekspor VSF RI ke India merosot tajam dari USD 110,72 juta pada 2022 menjadi hanya USD 14,03 juta pada 2024. Budi menyebut pencabutan QCO merupakan hasil dari negosiasi panjang selama dua tahun, meliputi komunikasi teknis dengan otoritas India, pembahasan standar BIS, hingga pengajuan keberatan resmi melalui forum WTO.

Di sisi lain, industri garmen dan tekstil dalam negeri menilai pencabutan aturan QCO seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperkuat produksi nasional. Ketua Umum Asosiasi Garmen dan Tekstil Indonesia (AGTI), Anne Patricia Sutanto menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas besar untuk memenuhi kebutuhan tekstil dalam negeri sekaligus memperluas pasar ekspor. Namun, hambatan struktural, regulasi yang rumit, serta tuntutan pemenuhan standar global masih menjadi tantangan utama. Anne menilai penyederhanaan regulasi akan meningkatkan daya saing nasional dan turut membantu menekan maraknya praktik impor pakaian bekas atau thrifting yang membanjiri pasar lokal.

Ia juga menekankan bahwa impor masih dibutuhkan, terutama untuk bahan tekstil tertentu yang mensyaratkan teknologi khusus dan standar kualitas tinggi. Keterbatasan pengembangan produk pada sebagian pabrik dalam negeri membuat sejumlah merek global masih mengandalkan bahan impor. Meski demikian, Anne optimistis industri nasional mampu tumbuh lebih kuat jika pemerintah mempercepat harmonisasi kebijakan dan mendorong peningkatan kapasitas produksi. Pencabutan QCO oleh India dianggap sebagai salah satu peluang yang harus disambut dengan langkah konkret untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global.