Prediksi menurunnya investasi dalam sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun mendatang telah menciptakan sorotan terhadap dinamika ekonomi global. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meramalkan potensi penurunan ini sebagai hasil langsung dari kondisi global yang sedang tidak stabil. Menurut Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, faktor-faktor seperti perlemahan ekonomi global dan suku bunga pinjaman yang tinggi di Amerika Serikat (saat ini mencapai 5,5%) menjadi penentu utama dalam menilai potensi investasi. Perkiraannya menyatakan bahwa dampak pemangkasan suku bunga The Fed AS diharapkan baru terasa pada tahun 2025, setelah dimulainya pada akhir kuartal II tahun 2024.

Tingginya eksodus pabrik di kawasan DKI Jakarta telah menciptakan fenomena yang dikenal sebagai "pabrik hantu". Sejumlah pabrik, terutama di kawasan industri seperti Kawasan Berikat Nusantara (KBN), kini terlihat sepi dan terbengkalai karena pemiliknya mulai meninggalkan area ini untuk mencari upah yang lebih terjangkau di daerah lain. Berbagai bangunan pabrik, termasuk di Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), terlihat terbengkalai atau bahkan ditutup karena berhenti beroperasi. Beberapa di antaranya bahkan terdapat tulisan "Dijual/Disewakan" atau bahkan disegel karena tunggakan pajak daerah.

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 yang menangani kebijakan impor, termasuk dalam hal tekstil dan produk tekstil batik serta motif batik untuk keperluan instansi kementerian atau kepentingan umum. Namun, kebijakan ini telah menimbulkan kekhawatiran bagi para pengrajin batik, terutama industri kecil menengah (IKM). Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, mengutarakan kekhawatirannya terhadap kebijakan ini. Menurutnya, kebijakan tersebut dapat membuka peluang bagi masuknya kain bermotif batik dari luar, yang berpotensi berdampak pada para pengrajin batik IKM yang mayoritas beroperasi dalam skala kecil.