Industri garmen di Bangladesh telah lama menjadi landasan perekonomian negara, namun kini industri garmen berada di titik puncak transformasi strategis. Bertujuan untuk melakukan diversifikasi di luar serat kapas tradisional, industri ini merespons dinamika pasar global dengan rencana komprehensif yang diuraikan dalam penelitian bertajuk “Beyond Cotton,” yang ditugaskan oleh Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh (BGMEA).
Secara historis, kapas telah menjadi kekuatan dominan dalam ekspor garmen Bangladesh, mencakup sekitar 70 persen ekspor pada tahun fiskal 2022-2023, dengan total nilai ekspor sebesar $55,56 miliar, menurut Biro Promosi Ekspor (EPB). Namun, dengan adanya perubahan tren global, studi BGMEA menggarisbawahi pentingnya memanfaatkan serat alternatif agar tetap kompetitif.
Studi ini menyoroti potensi besar dari bahan alternatif non-katun, termasuk bahan sintetis, serat hasil regenerasi, serat hewani, dan bahan nabati lainnya. Alternatif-alternatif ini mendapatkan daya tarik secara global, dengan pakaian non-katun menguasai 54 persen dari pasar pakaian jadi global senilai $505 miliar pada tahun 2021, seperti yang dilaporkan oleh Departemen Hubungan Ekonomi (ERD) Bangladesh.
Meskipun demikian, Bangladesh saat ini hanya mengekspor 29 persen garmennya yang terbuat dari bahan non-kapas. Namun, melalui inisiatif strategis, negara ini bertujuan untuk menggandakan jumlah ini menjadi $19 miliar pada tahun 2025, sehingga memberikan peluang pertumbuhan yang signifikan.
Meskipun Tiongkok, India, dan Vietnam memimpin ekspor garmen non-kapas, Bangladesh, dengan industri garmen katunnya yang mapan, mempunyai potensi untuk menjadi pemain utama di pasar non-kapas. Diversifikasi di luar kapas menawarkan beberapa keuntungan bagi industri garmen Bangladesh. Dengan menawarkan pilihan serat yang lebih luas, negara ini dapat memenuhi perubahan preferensi konsumen terhadap pakaian serbaguna, terjangkau, dan berorientasi pada kinerja.
Selain itu, ekspansi ke segmen non-kapas akan meningkatkan daya saing Bangladesh di pasar pakaian jadi global, sehingga berpotensi menghasilkan margin keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kapas.
Untuk mencapai diversifikasi yang sukses, studi “Beyond Cotton” menguraikan peta jalan yang mencakup:
Mengembangkan rantai pasokan yang lengkap untuk produk non-kapas: Hal ini melibatkan investasi pada infrastruktur, teknologi, dan keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik manufaktur non-kapas.
Merangkul inovasi dan keserbagunaan: Mengikuti kemajuan teknologi dan beradaptasi terhadap perubahan tren sangat penting untuk keberhasilan berkelanjutan dalam diversifikasi.
Kolaborasi antar pemangku kepentingan: Para pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan produsen harus berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem yang mendukung produksi dan ekspor non-kapas.
Kesimpulannya, peralihan industri garmen Bangladesh ke arah diversifikasi selain kapas menandakan respons strategis terhadap dinamika pasar global. Dengan memanfaatkan serat alternatif dan memanfaatkan inovasi dan kolaborasi, Bangladesh dapat mengamankan posisinya di pasar pakaian jadi global, memenuhi preferensi konsumen yang terus berkembang, dan mendorong pertumbuhan lebih lanjut dalam industri ini. Pergeseran strategis ini menjanjikan masa depan yang inovatif, serbaguna, dan mudah beradaptasi terhadap tuntutan dunia mode yang terus berubah.