Print

Laporan terbaru dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengungkapkan bahwa sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung utama ekosistem rantai pasok global di Vietnam. Industri tekstil dan produk tekstil tercatat menjadi jangkar utama dengan menyumbang hampir sepertiga dari seluruh lapangan kerja manufaktur yang terkait dengan rantai pasok global di negara tersebut.

Kekuatan basis industri ini mengukuhkan posisi Vietnam sebagai tuan rumah terbesar bagi lapangan kerja terkait rantai pasok global di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2023, Vietnam menyumbang lebih dari 25 persen dari total 75 juta pekerjaan yang terhubung dengan rantai pasok di Asia Tenggara. Saat ini, lebih dari 35 persen dari total lapangan kerja di Vietnam terikat pada jaringan produksi internasional, yang menunjukkan betapa dalamnya integrasi negara tersebut ke dalam ekonomi dunia sekaligus adanya ketergantungan pada pasar eksternal.

Sektor-sektor dengan intensitas rantai pasok yang tinggi ini memiliki karakteristik demografis yang unik, di mana mereka cenderung mempekerjakan lebih banyak perempuan dan pekerja muda. Selain itu, industri ini menawarkan tingkat pekerjaan dengan upah formal yang lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya, meskipun laporan ILO mencatat bahwa proporsi peran pekerjaan dengan keahlian tinggi masih sangat terbatas.

Namun, orientasi ekspor yang sangat kuat ini juga membawa risiko signifikan bagi tenaga kerja Vietnam. Lebih dari 76 persen pekerjaan yang terkait dengan rantai pasok global pada tahun 2023 sangat bergantung pada permintaan dari mitra dagang utama, termasuk ASEAN, Tiongkok, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Ketergantungan ini membuat jutaan pekerja rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan ketidakpastian perdagangan global.

Menanggapi situasi tersebut, ILO mendesak pemerintah Vietnam untuk memperkuat ketahanan dan inklusivitas dalam partisipasi rantai pasok global mereka. Prioritas kebijakan yang disarankan mencakup diversifikasi kemitraan dagang, pembangunan hubungan industri domestik yang lebih kuat, serta pengembangan keterampilan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, penguatan standar tenaga kerja dan perlindungan sosial yang responsif terhadap guncangan ekonomi dianggap sebagai langkah krusial untuk mendukung transisi yang adil bagi para pekerja.

Penguatan ketahanan rantai pasok ini diharapkan tidak hanya menjadi jaring pengaman, tetapi juga menjadi batu loncatan bagi Vietnam untuk melakukan transformasi struktural. Dengan beralih ke aktivitas yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja terampil, Vietnam dapat mewujudkan aspirasi sosial-ekonomi yang lebih luas dan bergerak menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.