Industri tekstil Indonesia menghadapi tantangan serius dengan diberlakukannya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 42 ribu pekerja di sektor ini. Sarman Simanjorang, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, menyampaikan kekhawatiran terkait kondisi lesunya industri manufaktur yang berpotensi memperburuk situasi pekerjaan. Tantangan Eksternal: Pasar Ekspor Lesu dan Banjirnya Barang Impor Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi sektor yang paling terpukul, terutama karena pelemahan pasar ekspor dan meningkatnya jumlah barang impor di pasar domestik. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan mencatat bahwa hingga bulan September, sekitar 42 ribu pekerja di sektor padat karya telah mengalami PHK.
Pelemahan pasar ekspor Indonesia sebesar 4,26% secara tahunan dan penurunan impor sebesar 6,18% menunjukkan adanya tekanan eksternal yang signifikan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang melemah turut memberikan dampak negatif terhadap industri tekstil.
Faktor Internal: Pelemahan Nilai Tukar dan Kondisi Pasar Domestik
Simanjorang menjelaskan bahwa paling tidak ada tiga faktor internal yang menyebabkan lesunya industri saat ini. Pertama, pelemahan pasar ekspor yang berdampak signifikan pada sektor tekstil. Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah, yang membuat biaya produksi meningkat. Ketiga, membanjirnya produk-produk impor ke pasar domestik, menggeser pangsa pasar produk dalam negeri.
Harapan di Tengah Krisis: Peran Tahun Politik
Sebagai salah satu solusi, para pelaku usaha menaruh harapan pada tahun politik. Simanjorang berpendapat bahwa musim politik dapat memberikan dorongan positif karena partai politik cenderung mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan kampanye. Harapannya adalah agar uang tersebut dapat diarahkan ke pelaku usaha dalam negeri, membantu menghidupkan kembali industri tekstil.
Dalam konteks ini, pelaku usaha berharap agar partai politik lebih banyak membelanjakan atribut partai dan kebutuhan kampanye di dalam negeri, sehingga tidak diperlukan impor. Dengan demikian, industri tekstil dapat mendapatkan dukungan finansial yang lebih besar, memberikan angin segar bagi pekerja dan pengusaha dalam negeri.