Langkah berani Meksiko di penghujung tahun 2025 menjadi sorotan dunia, terutama bagi pelaku industri tekstil dan garmen global. Keputusan Presiden Claudia Sheinbaum untuk mengetok tarif hingga 50% terhadap lebih dari 1.400 produk asal Tiongkok dan negara-negara non-perjanjian dagang lainnya menandai babak baru dalam proteksionisme ekonomi di Amerika Latin.

Industri tekstil dan pakaian jadi Amerika Serikat tengah menghadapi periode sulit seiring dengan melemahnya permintaan global yang terus menekan angka ekspor nasional. Berdasarkan data terbaru dari Office of Textiles and Apparel (OTEXA) Departemen Perdagangan AS, nilai ekspor sektor ini turun sebesar 3,63 persen menjadi $16,73 miliar sepanjang periode Januari hingga September 2025. Penurunan ini menandai kontraksi tahunan kedua berturut-turut, sekaligus membalikkan tren pemulihan pasca-pandemi yang sempat terlihat pada tahun 2022.

Dalam perkembangan yang menjanjikan, risiko gagal bayar bagi pengecer di AS menunjukkan sedikit perbaikan pada bulan Mei, menandakan potensi pemulihan bagi industri ini. Risiko gagal bayar ritel secara keseluruhan menurun menjadi 2,1 persen dari 2,4 persen pada bulan April, menandai perubahan positif dalam lanskap perekonomian. Yang paling menggembirakan adalah penurunan risiko gagal bayar yang terjadi di kalangan pengecer fesyen, yang mencerminkan tren menuju stabilisasi dan pemulihan.

Sebuah laporan baru-baru ini mengungkapkan potensi ekonomi besar yang belum dimanfaatkan di Amerika Serikat: daur ulang tekstil ke tekstil. Menurut laporan tersebut, industri ini memiliki potensi untuk membuka peluang ekonomi senilai $1,5 miliar jika dikelola dengan benar. Namun, meskipun potensinya besar, kondisi saat ini mengenai pembuangan tekstil di AS masih jauh dari optimal. Hanya sekitar 15 persen dari 17 juta ton limbah tekstil di negara ini yang didaur ulang, sementara 85 persen sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar.

Selama paruh pertama bulan Mei, harga kapas di Brasil mengalami fluktuasi dengan tren menurun pada pertengahan bulan. Para penjual, terutama mereka yang ingin mengosongkan stok dari musim 2022-23, menunjukkan fleksibilitas harga di awal bulan. Namun, harga menurun karena beberapa pelaku industri menawarkan tarif lebih rendah untuk mengamankan kesepakatan baru, menurut Pusat Studi Lanjutan Ekonomi Terapan (CEPEA).