Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih mampu mencatatkan kinerja yang menggembirakan meskipun berada di tengah tekanan global, termasuk dari membanjirnya produk impor asal Cina dan ketidakpastian pasar ekspor. Pada triwulan pertama 2025, sektor ini berhasil mencatatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,64 persen dan berkontribusi sebesar 0,99 persen terhadap PDB nasional.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Taufik Bawazier, saat meresmikan pabrik tekstil PT Rama Putera Berjaya di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ia menyebut bahwa sektor TPT masih menjadi penopang penting dalam perekonomian nasional. Bahkan, ekspor TPT pada Februari 2025 tercatat mencapai USD 2,03 miliar, tumbuh sebesar 2,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Untuk terus menjaga daya saing industri TPT dalam negeri, Kementerian Perindustrian menjalankan berbagai program strategis, termasuk transformasi menuju industri 4.0. Pemanfaatan teknologi seperti artificial intelligence menjadi langkah nyata dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor ini.

Taufik juga menegaskan bahwa pemerintah memiliki keberpihakan kuat terhadap industri dalam negeri. Dengan sekitar 80 persen pasar berada di domestik, penguatan rantai pasok dari hulu hingga hilir menjadi prioritas agar kebutuhan bahan baku bisa sepenuhnya dipenuhi oleh industri nasional.

Investasi besar yang dilakukan PT Rama Putera Berjaya menjadi salah satu bukti komitmen pelaku industri untuk terus bertumbuh. Dengan nilai investasi sebesar Rp530,4 miliar, pabrik ini memiliki kapasitas produksi mencapai 33.200 ton benang dan 60 juta meter kain grey per tahun. Selain itu, keberadaan pabrik ini turut menyerap 1.250 tenaga kerja baru, memberikan kontribusi langsung terhadap perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat sekitar.