Industri tekstil di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih menghadapi tantangan serius di awal tahun 2024. Meskipun Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY memproyeksikan peningkatan sebesar 15% untuk tahun ini, kuartal pertama justru menunjukkan penurunan produksi hingga 30% dari kapasitas penuh. Menurut Timotius Apriyanto, Sekretaris Umum API DIY, penurunan produksi ini bervariasi, mulai dari 10%, 20%, hingga 30% dari kapasitas maksimum. Belum ada laporan yang mencatat produksi mencapai 100% dari kapasitas yang tersedia.
"Ekspektasi peningkatan sebesar 15% untuk tahun 2024 adalah harapan yang masih harus dicapai. Namun, kondisi geopolitik global, seperti perang Rusia-Ukraina, dapat mempengaruhi realisasi proyeksi tersebut. Kuartal pertama belum mencapai target yang diharapkan," ujarnya pada Selasa (26/03/2024).
Faktor-faktor eksternal, terutama gejolak geopolitik global, menjadi penyebab utama penurunan ini. Perang Rusia-Ukraina dan ketidakpastian di Timur Tengah telah memicu kenaikan biaya ekspor, karena pemblokiran jalur perdagangan yang mengarah ke Laut Merah. Biaya ekspor yang meningkat hingga 3-4 kali lipat telah memaksa beberapa pesanan untuk dibatalkan.
"Krisis di Eropa yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina juga mempengaruhi daya beli global. Prioritas masyarakat Eropa beralih ke kebutuhan esensial seperti energi, bukan produk tekstil atau fashion. Hal ini mengakibatkan penurunan permintaan global untuk produk tekstil," tambah Apriyanto.
Meskipun demikian, kondisi di Indonesia masih dianggap lebih menguntungkan daripada negara-negara lain, meskipun tidak sepenuhnya terbebas dari dampak global. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan sebesar 5,2% untuk tahun 2024, perlambatan ekonomi global dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi domestik.
"Indonesia juga terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global, terutama dalam rantai pasok global yang mempengaruhi industri tekstil di dalam negeri," jelas Apriyanto.
Dalam menghadapi tantangan ini, para pelaku industri tekstil perlu mencari strategi baru untuk mengatasi ketidakpastian yang terus-menerus dalam lingkungan bisnis global. Inovasi dalam produksi, diversifikasi pasar, serta peningkatan efisiensi dalam rantai pasok menjadi kunci untuk menjaga daya saing industri tekstil Indonesia di pasar global yang berubah-ubah.