Perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending, PT Investree Radhika Jaya, menghadapi kekhawatiran yang semakin besar mengenai kredit bermasalah. Per 6 Januari 2024, TWP90 Investree berada di angka 12,58%, sedangkan Success Rate 90 (TKB90) mencapai 87,42%. TKB90 mewakili tingkat keberhasilan fintech peer-to-peer lending dalam memfasilitasi pelunasan kewajiban pinjaman dalam jangka waktu 90 hari sejak tanggal jatuh tempo. Chief Sales Officer Investree, Salman Baharuddin menjelaskan, angka TKB90 biasanya lebih rendah pada periode awal dan pertengahan bulan karena biasanya peminjam membayar kembali pinjamannya menjelang akhir bulan.
“Mengikuti tren tersebut, TKB90 Investree diperkirakan akan naik menjelang akhir bulan karena semakin banyak peminjam yang melunasi pinjamannya. Angka akhir TKB90 biasanya ditutup pada akhir bulan. Oleh karena itu, masuk akal jika TKB90 dimulai dengan harga rendah di awal dan pertengahan bulan,” ujarnya , Sabtu (6/1).
Salman menegaskan, menilai tingkat keberhasilan pinjam meminjam tidak hanya mempertimbangkan bulan berjalan; ia harus mengamati posisi akhir atau penutupan bulan tersebut, dengan mempertimbangkan pencairan pinjaman, pembayaran kembali, dan faktor terkait lainnya. Angka-angka tersebut kemudian dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dia menyoroti bahwa lonjakan kredit bermasalah disebabkan oleh peminjam yang telah lama bergabung dengan Investree dan terkena dampak pandemi Covid-19, sehingga berdampak signifikan pada bisnis mereka.
“Dalam perspektif yang lebih luas, perekonomian nasional dan global yang terkena dampak Covid-19 turut berkontribusi terhadap tertundanya pembayaran pinjaman di Investree. Pandemi ini berdampak buruk pada rantai pasokan global, berdampak pada kemampuan UKM dalam memenuhi permintaan konsumen dan mengakibatkan penurunan pendapatan UKM. , akibatnya mempengaruhi kemampuan pembayaran pinjaman mereka. Meskipun ada yang berhasil pulih, ada pula yang belum pulih,” tambahnya.
Salman merinci bahwa industri-industri tertentu seperti garmen dan tekstil, minyak dan gas, serta konstruksi termasuk di antara industri-industri yang kesulitan untuk mendapatkan kembali kejayaannya.
Untuk memitigasi tingkat kredit bermasalah dan menjaga kualitas aset, Salman menyampaikan komitmen Investree untuk memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan UKM melalui inovasi, kolaborasi, dan pengembangan ekosistem.
“Kami sudah memulai kerja sama di bidang e-procurement, payment gateway, tech logistic, agrotech, dan koperasi. Berdasarkan landasan tersebut, Investree akan memperluas jangkauan pembiayaan dengan memanfaatkan data dan digitalisasi,” tegasnya.
Secara khusus, Salman menyebutkan Investree memperketat kebijakan pemilihan sektornya dengan fokus menyalurkan dana ke sektor produktif dan positif seperti peralatan kesehatan, layanan komputer, dan fasilitas produksi.
Ia juga menyatakan Investree akan mengoptimalkan kolaborasi dengan ekosistem pengadaan secara elektronik, seperti Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), serta bekerja sama dengan berbagai perantara atau ekosistem penghubung.