Industri padat karya di Indonesia, terutama sektor tekstil, kini tengah dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks. Dampak dari masalah ini tidak hanya menghantui strategi perusahaan, tetapi juga menjadi ancaman serius terhadap ketenagakerjaan di tanah air. M Rizal Taufikurrahman, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan INDEF, menyoroti bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami dampak signifikan dari tantangan yang berasal dari dalam dan luar negeri. Pembatasan impor beberapa negara asing menjadi salah satu hambatan, membuat produk-produk UMKM lokal kesulitan mendapatkan tempat di pasar internasional. Di sisi lain, masalah membanjirnya barang impor di pasar domestik terus menjadi permasalahan yang sulit diatasi.
"Permintaan terhadap produk industri padat karya semakin menurun di pasar ekspor, terutama terkait dengan masalah daya saing. Di pasar domestik, keberadaan banyak barang impor, baik yang legal maupun ilegal, mampu menguasai pasar, menjadikan kondisi ini semakin melemahkan," ungkap Rizal pada Senin (22/1/2024).
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh perusahaan, melainkan juga oleh sektor ketenagakerjaan. Proses efisiensi perusahaan yang kehilangan pesanan dan pangsa pasar berpotensi menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Rizal menekankan perlunya regulasi yang lebih ketat terkait impor produk untuk melindungi industri dalam negeri dan meningkatkan daya saing. "Pemerintah harus sadar untuk menyelamatkan industri dalam negeri. Tahun ini sangat berat bagi industri padat karya, terutama TPT, karena produk impor masih mendominasi pasar domestik," tambahnya.
Selain itu, perubahan standar sertifikasi yang diterapkan oleh negara tujuan impor juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Contohnya, penerapan European Union Database on Registered Substances (EUDR) yang melarang produk yang teridentifikasi merusak masuk ke wilayah Eropa menjadi faktor lain yang harus diperhatikan.
"Pemerintah juga harus responsif terhadap perubahan kebijakan negara-negara importir. Misalnya, Amerika akan menerima impor ban jika bahan bakunya ramah lingkungan. Pemerintah harus merespons kebijakan ini agar industri kita tetap bersaing di pasar global," pungkas Rizal.
Dalam menghadapi tantangan ini, sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan industri tekstil Indonesia di masa depan.