Industri tekstil di Indonesia, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), saat ini menghadapi tantangan yang cukup serius. Menurut Sekretaris Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY, Timotius Apriyanto, ada dua faktor utama yang menyebabkan industri ini masih lesu: kondisi geopolitik global dan masalah impor ilegal.
Dampak Kondisi Geopolitik Global
Kondisi geopolitik global telah memberikan dampak signifikan terhadap industri tekstil Indonesia. Krisis-krisis seperti Krisis Laut Merah, konflik Rusia-Ukraina, dan ketegangan di jalur Gaza telah mempengaruhi baik pasokan maupun permintaan produk tekstil secara global. Negara-negara di Eropa, seperti Inggris dan Jerman, juga menghadapi masalah ekonomi internal yang memicu pertumbuhan ekonomi yang negatif serta inflasi tinggi. Hal ini menyebabkan penurunan minat masyarakat terhadap belanja fashion dan barang-barang komplementer.
Ancaman dari Impor Ilegal
Selain itu, impor ilegal menjadi ancaman serius bagi industri tekstil Indonesia. Timotius menekankan perlunya proteksi bagi industri tekstil domestik untuk mencegah masuknya barang-barang ilegal, terutama dari Tiongkok dan negara-negara lainnya. Hal ini dapat menjadikan produk tekstil Indonesia tidak kompetitif di pasaran.
Tantangan Masa Depan
Tidak hanya itu, industri tekstil Indonesia juga dihadapkan pada tantangan masa depan, seperti regulasi Uni Eropa yang akan mewajibkan penggunaan energi terbarukan pada tahun 2030. Hal ini menuntut industri tekstil Indonesia untuk beradaptasi dengan menggunakan listrik non fosil dan non batubara agar tetap dapat mengekspor produknya ke Uni Eropa.
Peluang di Tengah Tantangan
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, industri tekstil Indonesia, termasuk DIY, masih memiliki peluang untuk bertahan dan berkembang. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati, menyatakan bahwa meskipun ekspor keluar negeri untuk produk tekstil turun, namun ekspor keluar provinsi DIY masih tetap tinggi. Selain itu, permintaan domestik juga tetap terjaga, terutama dengan pulihnya sektor pariwisata yang meningkatkan permintaan produk tekstil lokal.