Di tengah gejolak ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi, ada kabar baik bagi Sumatera Barat (Sumbar). Meskipun pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah masih di bawah tingkat pra-pandemi, Sumbar berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,62 persen pada tahun 2023. Meskipun angka ini masih di bawah ekspektasi, namun Sumbar berhasil menempati peringkat enam terbaik di antara provinsi-provinsi lainnya di Sumatera. Menurut Endang Kurnia Saputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar, pertumbuhan ekonomi Sumbar bisa dioptimalkan dengan memfokuskan pada beberapa sektor yang memiliki potensi besar. Sejumlah sektor tersebut antara lain adalah jasa keuangan, pertanian, jasa pendidikan, konstruksi, perdagangan, dan pergudangan. Namun, fokus utama ke depan akan diberikan pada sektor industri pengolahan.
Saat ini, sektor pertambangan dan industri pengolahan masih berada di situasi yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, Bank Indonesia Sumbar memandang bahwa sektor industri pengolahan, terutama industri kecil dan menengah (IKM) tekstil, memiliki potensi besar sebagai pendorong utama ekonomi Sumbar ke depan.
Adang, panggilan akrab Endang Kurnia Saputra, mengungkapkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Sumbar untuk tahun 2024 diperkirakan akan berada dalam kisaran 4,51 persen hingga 5,31 persen. Dia menyoroti tiga faktor utama yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumbar ke angka 5,31 persen tersebut.
Pertama, adalah melalui sinergi antara sektor pertanian dengan industri pengolahan. Upaya hilirisasi pertanian, khususnya dalam sektor tanaman pangan dan perkebunan, diharapkan dapat memperkuat perekonomian Sumbar. Selanjutnya, pengembangan industri kelapa sawit (CPO) juga dianggap memiliki potensi besar untuk meningkatkan kontribusi sektor industri dalam pertumbuhan ekonomi daerah.
Kedua, industri tekstil menjadi sorotan utama dalam strategi pertumbuhan ekonomi Sumbar. Produk-produk seperti tenun kubang, pandaisikek, dan silungkang, serta industri garmen seperti mukenah, dipandang memiliki daya saing yang mampu bersaing di tingkat nasional. Potensi ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi Sumbar yang patut diperhitungkan ke depannya.
Strategi ketiga adalah akselerasi sektor produktif seperti pertanian, yang dapat memberikan dampak multiplier yang lebih besar bagi ekonomi daerah. Dengan mayoritas masyarakat Sumbar masih bergantung pada sektor pertanian, pengembangan sektor ini menjadi krusial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penguatan infrastruktur dan peningkatan investasi juga menjadi bagian dari strategi ini untuk menarik investor dan memperluas sumber pertumbuhan ekonomi, termasuk melalui pengembangan sektor pariwisata.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi, menyambut baik inisiatif dari Bank Indonesia Sumbar ini, terutama karena Sumbar sedang menggarap Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2025-2045. Keterlibatan Bank Indonesia dianggap tepat dalam momen ini sebagai bagian dari upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Sumbar.
Dengan sinergi antara pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan pelaku ekonomi, Sumatera Barat berpotensi untuk menjadi salah satu champion ekonomi di tingkat regional. Melalui fokus pada sektor industri pengolahan IKM tekstil dan strategi pertumbuhan ekonomi yang terencana dengan baik, Sumbar dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.