Paropakara, merek yang lahir dari program CSR Manajemen PT Kota Satu, memulai perjalanan unik dalam industri fesyen dengan mendaur ulang linen bekas. Inisiatif ini tidak hanya mengatasi permasalahan limbah tekstil namun juga menghadirkan solusi kreatif menuju fesyen berkelanjutan. Dengan memanfaatkan kembali linen bekas, Paropakara tidak hanya mengurangi limbah tekstil yang masuk ke tempat pembuangan sampah tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Berkolaborasi dengan Allstay Hotel, unit bisnis PT Kota Satu Properti TBK, sumber Paropakara membuang linen hotel sehingga memberikan kehidupan baru. Linen ini mengalami berbagai proses kreatif seperti Ecoprint, Shibori, Batik Cap, Hand Painting, serta kombinasi Spraying dan Hand Painting. Acara Pasar Pindrikan Sadewa III yang diadakan di COLLABOX Semarang pada tanggal 31 Maret 2024 menjadi tonggak sejarah penting bagi Paropakara dengan menampilkan beragam produknya.
Pameran ini menampilkan lini produk utama antara lain Living Goods yang terdiri dari sarung bantal dan tempat tisu, Fashion yang terdiri dari pakaian luar dan rok, serta Fashion Accessories seperti tote bag, sling bag, pouch, bucket hat, dan masih banyak lagi. Diar Yunvitantri, Sekretaris Perusahaan PT Kota Satu Properti TBK, menekankan pentingnya strategis pameran semacam itu dalam meningkatkan kesadaran dan berinteraksi langsung dengan konsumen.
Elkana Gunawan Tan, Sekretaris Kamar Mode Indonesia (IFC) dan Koordinator Komunitas IFC Semarang, memuji pendekatan inovatif Paropakara dalam mengubah sampah menjadi produk fesyen. Tan menyatakan minatnya untuk mengintegrasikan Paropakara ke dalam komunitas IFC, menyadari potensinya untuk berkontribusi pada filosofi inspirasi lokal dengan semangat kontemporer.
Paropakara menarik pengunjung baik domestik maupun internasional, termasuk para pecinta seni, pecinta fashion, desainer, pemerhati UKM, dan individu yang sadar lingkungan. Antusiasme dan komitmen merek menghasilkan penjualan yang sukses dan potensi kolaborasi dengan mitra yang berminat.
Diar Yunvitantri menegaskan kembali keyakinannya pada inisiatif seperti Paropakara, dan menyoroti kontribusi signifikan mereka terhadap kelestarian lingkungan. Mendaur ulang limbah linen tidak hanya sekedar menciptakan produk fesyen yang unik tetapi juga mengubah persepsi terhadap limbah tekstil sebagai sumber daya yang berharga.
Melalui pendekatan daur ulang, Paropakara memberikan nilai tambah yang signifikan pada industri fesyen berkelanjutan, memberikan kehidupan baru pada bahan-bahan bekas. Hal ini menjadi preseden untuk menggabungkan estetika fesyen dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga menginspirasi perubahan paradigma yang memandang limbah tekstil sebagai sumber daya yang berharga dan terbarukan.