Data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan April 2024 menunjukkan sebuah tren yang tidak menggembirakan bagi sektor ekspor nonmigas Indonesia. Ekspor nonmigas mengalami penurunan sebesar 14,06% (mtm) dan mencapai USD 18,27 miliar. Di tengah penurunan ini, sektor tekstil, yang merupakan salah satu sektor andalan dalam ekspor nonmigas, menghadapi tantangan serius.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, menggambarkan bahwa sektor TPT mengalami penurunan ekspor yang signifikan, sementara impor terus meningkat. Fenomena ini menunjukkan adanya kenaikan volume impor tekstil yang mencerminkan rendahnya utilisasi industri TPT dalam negeri. Lebih lanjut, hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor ini.

Berbagai faktor dapat menjadi pemicu permasalahan dalam sektor TPT Indonesia. Pertama, peningkatan impor tekstil dari luar negeri, khususnya dari China, telah menciptakan tekanan besar terhadap daya saing industri dalam negeri. Kedua, rendahnya utilisasi industri TPT dalam negeri menunjukkan adanya ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.

Dalam menghadapi tantangan ini, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menyoroti pentingnya perbaikan dalam industri TPT Indonesia. Salah satu solusi yang diusulkan adalah penguatan industri hulu-hilir. Hal ini berarti mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dan meningkatkan produksi dalam negeri, yang pada gilirannya akan menjaga kestabilan pasokan dan memperkuat daya saing produk tekstil dalam negeri.

Selain itu, perlu adanya kebijakan yang mendukung industri TPT, baik dari pemerintah maupun dari pelaku industri itu sendiri. Kebijakan proteksi yang bijaksana dapat membantu melindungi industri dalam negeri dari dampak negatif impor tekstil yang masif. Selain itu, insentif untuk peningkatan produksi, penelitian, dan pengembangan produk juga dapat mendorong inovasi dan meningkatkan daya saing sektor TPT.

Dalam wawancara dengan Bramudya Prabowo pada 16 Mei 2024, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menegaskan bahwa perbaikan dalam sektor TPT tidak hanya penting untuk menjaga keberlangsungan industri, tetapi juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan sektor TPT dapat mengatasi tantangan yang dihadapinya dan berkembang secara berkelanjutan di masa mendatang.