Pada Agustus 2024, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan signifikan, mencapai level Rp15.400 per dolar AS. Penguatan ini dinilai sangat positif untuk mendukung sektor-sektor ekonomi Indonesia, terutama yang memiliki kandungan impor tinggi. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan bahwa penguatan rupiah merupakan langkah penting dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Dalam konferensi pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Perry Warjiyo menjelaskan bahwa stabilisasi penguatan rupiah berdampak baik terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu manfaat utamanya adalah penurunan harga barang-barang impor, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada inflasi yang lebih rendah, terutama inflasi yang dipengaruhi oleh harga barang impor atau imported inflation.
Penguatan rupiah yang terjadi dengan cepat, menembus level Rp15.425 per dolar AS dalam waktu hanya sembilan hari setelah sebelumnya berada di level Rp16.000-an, memberikan dorongan besar bagi sektor-sektor dengan kebutuhan impor tinggi. Perry menyebutkan bahwa industri tekstil dan manufaktur, yang merupakan dua sektor besar dalam perekonomian Indonesia, sangat diuntungkan oleh penguatan ini. Kedua sektor ini tidak hanya berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja, tetapi juga sangat bergantung pada bahan baku impor untuk operasionalnya.
Namun, Perry juga mengingatkan bahwa meskipun penguatan rupiah membawa banyak manfaat, BI tidak memproyeksikan nilai tukar rupiah akan terus menguat tanpa batas. Dalam rapat sebelumnya dengan Badan Anggaran (Banggar), BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp15.300 hingga Rp15.700 per dolar AS pada tahun 2025.
Dengan penguatan ini, sektor-sektor industri yang memiliki kandungan impor tinggi diharapkan dapat memaksimalkan keuntungan dari nilai tukar yang lebih baik. Di sisi lain, BI tetap fokus pada kebijakan yang dapat menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan, memastikan bahwa penguatan rupiah ini berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.