Untuk menyelamatkan industri tekstil yang mengalami kesulitan, pemerintah Indonesia berencana merayu 15 investor asing untuk membangun pabrik di dalam negeri. Pertemuan antara pemerintah dan para investor asing ini dijadwalkan berlangsung pada Jumat, 1 November 2024. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa langkah ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi sektor padat karya, terutama setelah PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, dinyatakan pailit.
Airlangga menegaskan bahwa para investor asing ini bukan bertujuan mengakuisisi Sritex, melainkan berencana merelokasi pabrik mereka dari China ke Indonesia. Menurut Airlangga, salah satu pendorong relokasi ini adalah perang dagang yang terus berlangsung antara Amerika Serikat dan China, yang membuat para investor mencari basis produksi baru di Asia Tenggara. "Mereka hanya melihat dua negara di ASEAN yaitu Vietnam dan Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia harus bisa memanfaatkan kesempatan ini secara baik," jelasnya.
Insentif Bea Masuk Rendah sebagai Daya Tarik Investor
Para investor asing yang akan merelokasi pabrik ke Indonesia menginginkan fasilitas bea masuk yang kompetitif, setara dengan tarif yang mereka nikmati di Eropa dan Amerika Serikat. Airlangga mengungkapkan bahwa Vietnam, misalnya, memiliki keunggulan bea masuk nol persen untuk ekspor ke Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sementara itu, bea masuk Indonesia masih di kisaran 16% hingga 20%, yang bisa menjadi hambatan untuk menarik investasi lebih banyak.
Pemerintah sedang mengupayakan penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA) untuk mengatasi masalah ini. Airlangga menyatakan bahwa persetujuan atas beberapa poin dari Uni Eropa akan mempermudah perundingan ini, termasuk permintaan terkait transmisi digital dan transparansi impor-ekspor. Presiden Prabowo Subianto telah memberi lampu hijau untuk memenuhi sejumlah permintaan tersebut demi mempercepat proses kesepakatan.
Pentingnya IEU-CEPA bagi Industri Tekstil Nasional
Dengan terwujudnya IEU-CEPA, Indonesia diharapkan dapat memperkuat daya saing industri tekstilnya, yang saat ini terganggu oleh tingginya bea masuk untuk ekspor ke Eropa. Kesepakatan ini akan membuka akses ekspor yang lebih kompetitif dan memperluas pasar produk tekstil Indonesia di pasar internasional, sehingga menarik lebih banyak investor untuk membangun pabrik di dalam negeri. Dengan adanya insentif yang lebih baik, sektor padat karya diharapkan dapat pulih dan kembali menciptakan lapangan kerja yang signifikan.
Upaya pemerintah untuk merayu investor asing guna membangun pabrik tekstil di Indonesia adalah langkah penting dalam pemulihan industri padat karya yang sedang terpuruk. Melalui insentif bea masuk rendah dan upaya mempercepat IEU-CEPA, pemerintah berupaya menjadikan Indonesia sebagai destinasi investasi yang kompetitif di tengah ketatnya persaingan dengan negara-negara ASEAN lainnya.