Pemerintah Indonesia optimistis akan terjadi peningkatan investasi di sektor industri padat karya seperti garmen, alas kaki, dan tekstil setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menurunkan tarif dagang resiprokal terhadap Indonesia dari 32% menjadi 19%.

Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, menyebut kebijakan tersebut menjadikan produk Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara pesaing seperti Pakistan dan Bangladesh. Kedua negara tersebut masih dikenai tarif tinggi sekitar 75% untuk produk sejenis. Dengan tarif yang lebih rendah, Indonesia dipandang lebih menarik bagi investor yang ingin menanamkan modal di sektor manufaktur ekspor.

Meski belum menyebutkan secara rinci negara mana saja yang berpotensi menanamkan investasi, Rosan meyakini kebijakan tersebut menjadi momentum strategis dalam meningkatkan daya saing industri nasional. Terlebih lagi, di tengah ketidakpastian global dan perang dagang, Indonesia dinilai tetap mampu menjaga stabilitas ekonomi dan kepercayaan investor.

Optimisme pemerintah juga didasari oleh capaian realisasi investasi hingga semester pertama tahun 2025 yang telah mencapai Rp 942,9 triliun atau sekitar 49,5% dari target tahunan sebesar Rp 1.905,6 triliun. Bahkan, pertumbuhan investasi tersebut mencatatkan kenaikan sebesar 13,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dengan kinerja yang terus menunjukkan tren positif, pemerintah yakin target investasi akhir tahun akan tercapai dan memberikan dampak nyata terhadap penciptaan lapangan kerja serta peningkatan nilai tambah industri di dalam negeri.