Museum Tekstil Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia menggelar pameran bertajuk “Merawit Rasa” pada 2 Oktober hingga 30 November 2025. Pameran ini menampilkan keindahan batik tulis khas Cirebon sekaligus mengajak pengunjung memahami kisah, ketelitian, dan jiwa seni yang tertuang dalam setiap helai kain batik.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Mochamad Miftahulloh Tamary, menuturkan bahwa teknik merawit membutuhkan kesabaran dan ketekunan yang luar biasa. Melalui tema yang diusung, pengunjung diajak menyelami dimensi batik yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna. Pameran ini, menurutnya, menghadirkan pemahaman lebih mendalam mengenai detail halus yang menjadi ciri khas merawit.

Teknik merawit sendiri mencerminkan nilai luhur seperti ketekunan, kesabaran, dan penghormatan terhadap proses. Nilai-nilai ini dianggap relevan untuk dihayati di tengah kehidupan modern yang serba instan. Batik, yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, bukan hanya sekadar simbol identitas nasional, tetapi juga narasi kolektif yang menyimpan cerita, nilai, serta memori bangsa.

Ciri khas batik merawit tampak dari garis tipis nan tajam yang dihasilkan melalui teknik penembokan menggunakan canting khusus dan malam panas berkualitas. Garis tersebut biasanya berwarna gelap dengan latar terang, menciptakan keindahan kontras yang menonjol. Di balik tampilannya yang anggun, batik merawit menyimpan filosofi mendalam dan kearifan lokal yang patut terus dijaga serta diwariskan.

Miftahulloh berharap pameran ini tidak hanya menjadi wadah apresiasi seni, tetapi juga sarana edukasi, terutama bagi generasi muda agar semakin mengenal, mencintai, dan melestarikan batik. Ia juga mengajak masyarakat untuk mendukung para perajin, seniman, dan pelaku budaya agar batik tetap hidup serta berkembang di tengah perubahan zaman.

“Melalui ruang-ruang apresiasi budaya seperti ini, kita sebenarnya sedang merawat jati diri bangsa,” ujarnya.